Kembali ke konten utama
Presiden Tsai: Mari Kita Lindungi Demokrasi dan Kebebasan yang Diperoleh dengan Penuh Perjuangan
New Southbound Policy。Peristiwa 228 terjadi 74 tahun yang lalu. Acara peringatan yang kita lakukan setiap tahun, tidak hanya memperlihatkan pelaksanaan introspeksi oleh pemerintah, tetapi juga keinginan masyarakat Taiwan untuk tidak melupakan penderitaan yang pernah dihasilkan oleh pemerintahan otoriter, sehingga kita semua harus sangat menghargai demokrasi dan kebebasan yang diperoleh dengan penuh perjuangan ini. (Foto oleh Kantor Istana Kepresidenan)
Peristiwa 228 terjadi 74 tahun yang lalu. Acara peringatan yang kita lakukan setiap tahun, tidak hanya memperlihatkan pelaksanaan introspeksi oleh pemerintah, tetapi juga keinginan masyarakat Taiwan untuk tidak melupakan penderitaan yang pernah dihasilkan oleh pemerintahan otoriter, sehingga kita semua harus sangat menghargai demokrasi dan kebebasan yang diperoleh dengan penuh perjuangan ini. (Foto oleh Kantor Istana Kepresidenan)



Pada tanggal 28 Februari 2021, Presiden Tsai Ing-wen berkunjung ke Kaohsiung untuk menghadiri acara peringatan terjadinya Peristiwa 228 yang ke-74. Setelah memberikan penghormatan dan meletakkan karangan bunga di makam para pahlawan yang gugur, Presiden Tsai mengatakan, “Kita harus menghadapi fakta sejarah dengan jujur, melindungi hak asasi dan martabat manusia, serta menjaga demokrasi dan kebebasan. Demokrasi dan kebebasan adalah adalah hal krusial yang mendukung Taiwan untuk dapat terus berkembang. Presiden berharap agar masyarakat terus bersatu, dan mendefinisikan sejarah Taiwan, agar bunga-bunga demokrasi dapat terus mekar di pulau yang indah ini.”  


Berikut ini adalah ringkasan pidato Presiden Tsai Ing-wen:

Kita harus memahami bahwa Peristiwa 228 bukan hanya sekedar sebuah insiden yang terjadi pada musim semi di tahun 1947. Trauma terhadap teror dan otoritarianisme yang dihasilkan dari insiden tersebut adalah ingatan pahit dari berbagai kelompok masyarakat Taiwan. Hari ini, kita berkumpul di Kaohsiung untuk mengenang para korban, memberikan penghiburan kepada sanak keluarga yang ditinggalkan, dan marilah kita saling mengingatkan akan tiga hal:      

Pertama, kita harus menghadapi sejarah dengan jujur.
Kita ingin memahami secara mendalam bagaimana sistem pemerintahan otoriter melanggar hak asasi manusia, agar kita dapat melihat bahwa hanya sistem pemerintahan demokratis yang dapat menghasilkan pemerintah yang dapat melakukan penguasaan diri, dan berani untuk mengintrospeksi diri.        

Kedua, kita harus secara penuh melindungi hak asasi dan martabat manusia.
Tahun lalu, sesuai dengan  “The Paris Principles”, Dewan Hak Asasi Manusia Nasional (NHRC) telah resmi berdiri. Badan tersebut akan terus mengevaluasi berbagai peraturan mengenai perlindungan hak asasi manusia, agar sesuai dengan standar internasional. Selain itu, NHRC juga akan membantu berbagai instansi pemerintah untuk meningkatkan kesadaran terhadap perlindungan hak asasi manusia di kalangan pegawai negeri sipil.

Pengalaman dari hal-hal yang terjadi dalam komunitas internasional telah memberi tahu kita, bahwa demokrasi dapat mengalami kemunduran, dan otoritarianisme bisa bangkit kembali, kita harus mencegah agar tragedi tidak terulang lagi. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan kesadaran terhadap hak asasi manusia, serta menanamkannya sebagai DNA dalam sistem pemerintahan. Ini adalah tujuan dari transisi keadilan yang sedang kita lakukan.        

Ketiga, kita harus menjaga nilai-nilai demokrasi dan kebebasan.
Demokrasi dan kebebasan adalah hal krusial yang mendorong Taiwan untuk terus berkembang. Ini adalah nilai-nilai dasar yang tidak boleh diperjualbelikan dan dipertukarkan.

Peristiwa 228 terjadi 74 tahun yang lalu. Acara peringatan yang kita lakukan setiap tahun, tidak hanya memperlihatkan pelaksanaan introspeksi oleh pemerintah, tetapi juga keinginan masyarakat Taiwan untuk tidak melupakan penderitaan yang pernah dihasilkan oleh pemerintahan otoriter, sehingga kita semua harus sangat menghargai demokrasi dan kebebasan yang diperoleh dengan penuh perjuangan ini.