Kembali ke konten utama
Karakteristik Asli Hakka Kembali Hadir! Revitalisasi Opera Hakka - Cheng Rom-shing
2021-05-17

Revitalisasi Opera Hakka - Cheng Rom-shing

 

“Opera Hakka Tiga Peran Memetik Teh” merupakan bentuk drama opera otentik Taiwan. Dalam seabad ini opera tersebut telah mengalami berbagai pasang surut, dari masa puncak kejayaan sampai keterpurukan, kemudian kembali bangkit dari dasar lembah. Generasi kelima, kelahiran angkatan tahun 1950-an dari grup musik Chen Family Beiguan Bayin (kelompok musik Delapan Melodi Beiguan dari Keluarga bermarga Chen) yang tinggal di Miaoli, cucu dari Cheng Mei-mei ─ Cheng Rom-shing bertanggung jawab sebagai penerus.

 

Dari pedesaan memasuki teater nasional, lalu berkumandang di seluruh dunia, “Grup Opera Hakka Memetik Daun Teh Rom Shing” telah membawa popularitas dan ketenaran abadi bagi seni opera masyarakat Hakka. Selama bertahun-tahun grup opera tersebut telah meraih banyak penghargaan dari Kementerian Pendidikan diantaranya “Folk Art Heritage Award” (Penghargaan Warisan Seni Rakyat), untuk kategori grup meraih “Award for Successfully Promoting Social Education” dan “Social Education Public Service Award”. Bersamaan dengan itu, selama 6 tahun berturut-turut mereka juga berhasil meraih “Golden Melody Awards for Traditional Arts and Music” (Penghargaan Melodi Emas Seni dan Musik Tradisional) untuk kategori Pertunjukan Tahunan Terbaik, Audiovisual Pertunjukan Seni Tradisional Terbaik dan penghargaan-penghargaan penting lainnya.

 

Sel Bakat Musik Hakka

Terlahir di grup musik Chen Family Beiguan Bayin, Cheng Rom-shing memanfaatkan kesenian luhur yang ia warisi untuk menghidupkan kembali Opera Hakka yang menjadi pengobat rindu akan kampung halaman bagi orang-orang Hakka di dalam dan luar negeri. “Saya sudah mengeluarkan album ketika berusia 6 tahun,” ujar Cheng Rom-shing. Dengan mendedikasikan seumur hidupnya untuk musik dan opera Hakka, Cheng Rom-shing mempertahankan ajaran keluarganya yang telah mengakar turun-temurun. Di bawah didikan ketat dari “guru generasi” kakeknya Chen Qing-song dan ayahnya Cheng Shui-huo, sehingga sejak dini Cheng Rom-shing telah memperlihatkan bakat yang ia miliki di bidang seni.

“Baik alat maupun aliran musik Hakka memiliki keunikan tersendiri,” kata Cheng Rom-shing. Ia adalah seorang inovator yang berwawasan maju, dan merupakan lulusan strata I periode pertama Jurusan Musik - Soochow University, periode pertama Jurusan Musik Nasional – Chinese Culture University, dan strata II Jurusan musik National Taiwan Normal University, kemudian melanjutkan magister Studi Lanjutan (Master of Advance Study – DEA) di University of Sorbonne Nouvelle Paris 3. Untuk melanjutkan Qing-Mei Tea-Picking Theater Troupe (selanjutnya disebut Qing-Mei Theater Troupe) dari kakek neneknya, pada tahun 1988, Cheng Rom-shing mendirikan Opera Hakka Rom Shing, Cheng Rom-hsing yang berkomitmen meneruskan dan mempromosikan seni opera Hakka, selama bertahun-tahun telah memenangkan banyak penghargaan dan memiliki reputasi internasional.

“Karena lagu opera tradisional Hakka dinyanyikan dengan nada yang sangat tinggi, untuk itu harus dipadukan dengan suara rendah dari petikan Panhu (Biola Tiongkok dengan dua senar dan kotak suara yang bulat besar) untuk menyeimbangkannya.” Pesona nada suara yang tidak tergantikan merupakan bagian dari opera Hakka yang paling membuat orang terbuai.

 

Daya Pikat Opera Hakka

“Opera Tiga Peran Memetik Teh adalah pertunjukan yang paling ekonomis di mana satu orang harus bertanggung jawab sebagai pemeran, pemain biola, dan pemukul gendang.” Mengubah opera kecil pedesaan yang awalnya ditampilkan di kuil Shanlin dengan memperkaya alur cerita dan mempersiapkan sepenuhnya setiap peran “Sheng, Dan, Jing, Mo, dan Chou” (生旦淨末丑) secara penuh (catatan: Sheng - pemeran utama pria, Dan - pemeran utama wanita, Jing - peran wanita. Jing juga disebut “Painted Face” adalah pemeran pendukung pria dengan karakteristik khusus. Mo - peran pria paruh baya berjanggut seperti kaisar, raja, pejabat, dan pengawal. Chou - peran berkarakteristik dari lelucon atau kekonyolan). Di sepanjang tahun 2017, saja Cheng Rom-shing telah memainkan peranan inti dengan tampil 10 kali di “Teater Nasional” Taipei.

“Dari pembuatan naskah hingga berpentas, setidaknya membutuhkan waktu satu tahun penuh.” Persiapan cermat dan kehati-hatian dalam berpentas membuat setiap pertunjukan mendapat sambutan hangat. “Pertunjukan yang sama jika tampil di tempat lokasi yang berbeda maka harus melakukan penyesuaian ulang secara keseluruhan untuk pencahayaan dan posisi.” Dengan menggunakan konsep seni tari modern opera tradisional menjadi lebih hidup dan menarik.

“Opera Hakka bisa mendapat perhatian warga di Kota Metropolitan Taipei, benar-benar suatu mukjizat.” Pemerintah Kota Taipei mempercayai “The Chinese Folks Arts Foundation” untuk mengelar “Festival Seni Hakka” perdana di Taman Peringatan Perdamaian 228 pada tahun 1987. Cheng Rom-shing menawarkan diri pada gurunya, Hsu Tsang-houei, kemudian pulang ke Miaoli untuk merapikan kembali grup opera Hakka keluarganya. Seperti sudah ditakdirkan, grup opera Hakka “Qing-Mei Theater Troupe” yang menggunakan satu karakter nama dari kakek dan neneknya, karena nenek meninggal dunia dan dibubarkan, tetapi dengan berlangsungnya “Festival Seni Hakka” membuat nama cucunya “Rom Shing” kembali bangkit, kesenian keluarga yang dapat terwariskan kembali tampil di atas panggung.

“Penampilan kali itu sangat berhasil.” Opera Hakka yang diam membisu selama bertahun-tahun, membuat orang-orang Hakka sangat merindukan sehingga begitu terdengar kabar kebangkitan Opera Hakka, mereka bergegas memberitahu satu sama lain sehingga menimbulkan sensasi. “Sejak tampil dalam Festival Seni Hakka, undangan tampil terus berdatangan.” Pada tahun 1992 yaitu 3 tahun lebih awal sebelum pertunjukan pertama mereka di National Theater, Rom Shing Opera Hakka sudah mulai tampil di luar negeri dan selalu mendapat pujian.

“Esensi terpenting dari opera Hakka adalah kesetiaan, kesalehan dan keadilan.” Pada era di mana pendidikan belum umum, opera memainkan fungsi didaktik yang penting. Cheng Rom-shiang dengan sangat cermat mengamati setiap detail, dari libreto hingga aransemen musik, dari peralatan peraga hingga ke kostum dan perhiasan. “Setiap kali kami tampil di luar negeri, pasti menyiapkan karya baru.”

 

Pergantian Generasi, Suntikan Darah Baru

“Nenek mulai belajar opera tiga peran pada usia 5 – 6 tahun, dan mulai tampil di panggung pada usia 10 tahun.” Cheng Rom-shing yang sejak kecil dan tumbuh besar dalam kelompok teater, sewajarnya ia menjadi pakar opera, berbagai libreto dalam bahasa Hakka, bahasa Mandarin maupun Hokkien tidaklah menjadi masalah baginya. Pada drama Opera Hakka yang dituliskan oleh Tseng Yong-yih dalam “Hegemon King of Western Chu and Consort Yu” - perang Chu – Han, Cheng Rom-shing mencoba menggunakan metode “3 dalam 1” yaitu memadukan Opera Taiwan, Opera Hakka, dan Opera Beijing. Karya inovatif ini meraih “Penghargaan Melodi Emas Seni dan Musik Tradisional ke-25” untuk kategori “Pertunjukan Seni Audiovisual Tradisional Terbaik”. Selain menampilkan opera sejarah tradisional Tiongkok, “Rom Shing” juga membaurkan karya klasik Shakespeare, “Kami ingin ada inovasi dalam karya tradisional.”

Aktor adalah jiwa dari opera, pergantian generasi selalu menjadi target dalam upaya Cheng Rom-shing. Opera tradisional harus menghadapi masalah sulit yaitu menuanya aktor. “Untuk membina aktor berbakat, kami melakukannya cukup baik.” Berkat adanya program pengajaran semua bentuk teater secara bertahap membuat Opera Hakka mendapat suntikan darah baru, sehingga seperti sekarang ini, di atas, bawah, depan dan belakang panggung dapat terlihat wajah-wajah muda. Diturunkan dari tua, menengah dan muda, tim yang terdiri dari hampir 50 orang yang serba bisa, dari orkestra hingga administrasi dan aktor, dengan performa yang luar biasa. Selain itu, Cheng Rom-shing juga bertekad untuk mempromosikan pada masyarakat umum dan pelajar agar semakin banyak orang memahami dan menyukai konten budaya opera Hakka.

Cheng Rom-shing memiliki misi yang kuat sejak lahir, semua ini hanya untuk memotivasinya bekerja lebih keras melestarikan dan membangun di atas dasar yang diberikan leluhurnya. Dari mendirikan sekolah opera Taiwan Fu Hsing Dramatic Arts Academy pada tahun 1994 hingga menjadi kepala sekolah the National Taiwan College of Performing Arts, lalu memelopori “the Hakka Opera School,” Cheng Rom-shing tidak pernah menyesal bahkan berupaya melakukan yang terbaik agar dapat membangkitkan dan melestarikan musik dan opera rakyat.

“Setiap kali melakukan pertunjukan di luar negeri saya selalu sakit kepala.” Biaya perjalanan sangat besar sampai jutaan NT$, hanya mengandalkan penjualan tiket tidaklah mencukupi. “Antusias teman kerabat sekampung adalah dukungan terbesar bagi kami untuk terus melangkah maju.” Penonton yang antusias sudah sejak awal menjadi teman dekat, memberikan bantuan keuangan menyelesaikan kebutuhan mendesak tanpa menunggu Cheng Rom-shing buka suara. Daftar nama para sponsor ini sudah terukir mendalam di hati, Cheng Rom-shing selalu bersyukur dan sangat berterima kasih dan juga mendorong dirinya untuk selalu memenuhi harapan mereka.

Tirai panggung sekali lagi dinaikkan perlahan-lahan diiringi dengan alunan musik yang dibawakan orkestra, tiba-tiba cahaya lampu bersinar terang, inilah opera Hakka “Rom Shing” yang akan terus berkumandang.