Kembali ke konten utama
“Terjemahan” yang Belum Terpuaskan Taiwan Panorama Gelar Seminar untuk Penerjemah Masa Depan
2021-07-26

Taiwan Panorama Gelar Seminar untuk Penerjemah Masa Depan

 

Terjemahan yang baik tidak hanya menyampaikan informasi harfiah secara akurat, tetapi juga dapat menyampaikan makna tersirat yang ada di balik tulisan. Profesi sebagai penerjemah selalu membuat orang terpesona, apa yang biasanya dilakukan oleh para penerjemah sehingga dapat dengan mudah menguasai berbagai bahasa? Mengapa mereka memilih jalan sebagai penerjemah? Apa saja yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari? Tantangan seperti apa yang kerap mereka hadapi?

 

Majalah “Taiwan Panorama” bersama Institut Pascasarjana Jurusan Penerjemahan National Taiwan Normal University (The Graduate Institute of Translation and Interpretation at National Taiwan Normal University/NTNU) mengadakan seminar penerjemah pada tahun 2020. “Taiwan Panorama” dengan 3 orang editor dan penerjemah senior yaitu Robert Fox, Yukina Yamaguchi dan Temmy Wiryawan berinteraksi dengan hampir 200 siswa dan pengajar Sekolah Menengah Atas (SMA), menceritakan bagaimana mereka memijakkan kaki di bidang penerjemahan, berbagi suka cita dan tantangan menarik yang mereka temui dalam karier sebagai penerjemah.

 

Lintas Etnis dan Penyebaran Multi Bahasa “Taiwan Panorama”

Dalam seminar tersebut, Pemimpin Redaksi Taiwan Panorama Ivan Chen membuka forum dengan memperlihatkan video “potongan-potongan gambar keragaman etnis Taiwan” kepada para siswa, serta menjelaskan bagaimana majalah "Taiwan Panorama" menjembatani  perbedaan etnis dan budaya selama bertahun-tahun, untuk menyajikan kekayaan warisan budaya yang dimiliki Taiwan. Ivan Chen dengan sangat antusias menyampaikan bahwa meskipun hanya memiliki luas wilayah yang kecil, Taiwan adalah rumah bagi masyarakat dari beragam latar belakang etnis, yang semuanya bekerja keras dan berjuang untuk meningkatkan kualitas hidup di atas pulau ini. “Inilah sumber kekuatan pendorong ‘Taiwan Panorama’ melakukan publikasi dalam berbagai bahasa selama bertahun-tahun, dan juga salah satu alasan utama dari penyelenggaraan seminar penerjemahan ini.”

Sejak dimulai hingga sekarang “Taiwan Panorama” sudah berjalan 45 tahun, disajikan dalam 6 versi bahasa yaitu Mandarin, Inggris, Jepang, Vietnam, Thailand dan Indonesia dan telah beredar di lebih dari seratus negara dan kawasan, sebagai perantara terbaik yang berfungsi sebagai kekuatan lunak Taiwan dalam pengembangan hubungan diplomatik.

 

Pengalaman Editor Terjemahan Yang Misterius dan Beragam

Penerjemah bahasa Jepang, Yukina Yamaguchi memiliki postur tubuh kecil tetapi ia memiliki tekad sekeras baja. Ia mulai belajar bahasa Mandarin pada usia 26 tahun dan bertekad sebelum usia 30 tahun harus sudah mahir berbahasa Mandarin, dan mencari nafkah sendiri. Yukina Yamaguchi kemudian menikah dengan orang Taiwan dan pindah ke Taiwan, pada tahun keduanya di Taiwan ia mulai bergelut dalam dunia penerjemahan, oleh karena itu sudah sejak awal berjodoh dengan “Taiwan Panorama”, Yukina Yamaguchi berpartisipasi dalam berbagai tugas penerjemahan di berbagai instansi pemerintah, mengupayakan yang  terbaik bagi pertukaran kemitraan antara Taiwan dan Jepang.

Robert Fox yang telah bergelut selama 14 tahun dalam bidang penerjemahan bahasa Inggris dan Mandarin  adalah seorang sosok yang humoris. Postur tubuh yang tinggi tegap dan kemeja kotak-kotak membuatnya terlihat seperti koboi dari Texas. Ia menyapa peserta seminar dengan menggunakan bahasa Hokkien, sehingga langsung mendapat tepuk tangan dari para siswa yang terkejut mendengarnya. Pada masa mudanya, Robert kuliah di San Francisco State University menekuni jurusan Mandarin, karena dosennya merekomendasikan untuk datang ke Taiwan, sejak itulah jodohnya dengan Taiwan tidak pernah terputus. Hingga tahun ini masa menetap Robert Fox sudah 30 tahun berjalan, ia sangat antusias dalam penelitian bahasa lokal Taiwan, sehingga dapat dikatakan jejak kakinya ada di seluruh pelosok Taiwan. Ia juga telah mendapatkan sertifikasi kemampuan berbahasa Hakka, bahkan untuk penulisan tesis kelulusan magister jurusan penerjemahan di National Taiwan Normal University berorientasi pada literatur bahasa Hokkien.

Proses Temmy Wiryawan terjun dalam bidang penerjemahan bahasa Indonesia tergolong unik, Temmy sebenarnya adalah seorang guru bahasa Mandarin untuk tingkat dasar di Indonesia, tatkala itu kebetulan ada kesempatan untuk menjadi penerjemah di Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR). “Saya tidak menyangka sama sekali, seorang teman yang saya kenal di tempat kursus bisa merekomendasikan saya bekerja di PBB.” Melalui rekomendasi temannya inilah, Temmy Wiryawan mulai terjun dalam bidang pekerjaan juru bahasa, membuka dan memperluas wawasan dirinya.

Lahir dan dibesarkan di Indonesia, 5 tahun lalu Temmy Wiryawan datang ke Taiwan untuk melanjutkan pendidikan. Kini, ia sudah betah di Taiwan, dan  sangat senang dapat mendayagunakan keahliannya sebagai penerjemah. Dengan menjadi seorang penerjemah ia dapat semakin memahami dan mengenal Taiwan, serta memperkenalkan Taiwan kepada orang Indonesia, dan hal tersebut membuat pekerjaan ini memiliki makna yang luar biasa. Ia juga sangat senang dapat berkontribusi sesuai dengan bidang keahliannya, terutama pada masa pandemi, beberapa di antaranya adalah dengan membantu publikasi kebijakan pencegahan epidemi pemerintah dan kebijakan keamanan kesehatan, semuanya ia terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sehingga orang Indonesia pada kesempatan pertama dapat memahami kontribusi Taiwan dalam pencegahan pandemi secara global.

 

Pahit Manisnya Kehidupan Penerjemah

Menerjemah merupakan pekerjaan yang menyenangkan dan menarik, para penerjemah menemui tidak sedikit hal unik pada saat menerjemah. Profesor Institut Penerjemahan dan Interpretasi dari National Taiwan Normal University (NTNU), Chen Tze-wei selaku pembawa acara kegiatan ini, pernah turut bersama rombongan politisi penting Taiwan ke Swiss sebagai penerjemah rapat pada masa mudanya. Menghadiri undangan dari Presiden Swiss yang menjamu resepsi makan malam di President Wilson Hotel yaitu sebuah hotel termegah di sebelah danau Jenewa.

Suasana jamuan makan malam sangat meriah, gelas diangkat dan hadirin saling bersulang, setiap perwakilan negara silih berganti memberikan salam kepada ketua tim delegasi dari Taiwan. Selaku penerjemah, Chen Tze-wei yang baru meneguk tiga sendok sup hangat, terpaksa menaruh kembali peralatan makan di atas meja dan berkonsentrasi pada tugas menerjemah. Tidak disangkanya pada jamuan makan ini, Chen Tze-wei hanya dapat menatap satu-persatu hidangan yang disajikan, kemudian satu-persatu diangkat dan dibawa pergi, “Sampai-sampai garpu saya saja tidak sempat menyentuh lobster sama sekali.” ia berkata sambil bergurau.

Pengalaman Temmy Wiryawan sebagai penerjemah juga sangat banyak, ia kerap bertemu dengan politisi penting, mewawancarai artis, bahkan terkadang mengikuti rapat tertutup untuk urusan negara. Semasa muda, Temmy Wiryawan yang sangat berantusias dalam bekerja,  melanglang buana demi tugas penerjemah. Pada suatu kali, ia ditugaskan ke daerah terpencil di Indonesia, dan ketika memasuki area tertentu, ia harus mengenakan perlengkapan khusus, jika tidak kulitnya akan terbakar oleh kandungan asam yang kuat dari tanah, hal ini membuatnya bertanya, “Saya hanya bekerja sebagai  penerjemah, mengapa saya harus mempertaruhkan nyawa seperti ini? ”

 

Puluhan Makna dari Terjemahan “Saya”

Kadang kala seorang penerjemah menemui jalan buntu saat menerjemahkan, karena perbedaan budaya dan bahasa, sehingga terkadang tidak dapat diterjemahkan langsung makna yang terkandung dari balik sebuah kata. Di kala Yukina Yamaguchi menerjemahkan tulisan bahasa Mandarin ke bahasa Jepang dalam perlombaan literatur, ungkapan dalam peribahasa Mandarin sangat indah, tetapi ia tidak menemukan padanan peribahasanya dalam bahasa Jepang, akhirnya ia hanya dapat menerjemahkan dengan kata-kata biasa, “Ini merupakan sebuah tulisan yang paling tidak dapat saya terjemahkan,” ujar Yukina Yamaguchi.

Penulis ternama Haruki Murakami juga pernah sampai jungkir balik dalam menerjemahkan sebuah buku fiksi detektif. Setelah Haruki Murakami menerjemahkan setengah, barulah ia menyadari penggunaan sebutan pada orang pertama tidak sesuai dengan karakter perannya, sehingga ia harus menerjemah ulang dari awal. Ternyata kata ganti orang pertama “saya” dalam bahasa Inggris memiliki lebih dari sepuluh padanan kata dalam bahasa Jepang, untuk itu dibutuhkan waktu dan harus memeras otak untuk memilih sebutan kata ganti orang pertama yang tepat.

Membiasakan berdisiplin diri, merupakan hal yang sangat penting selaku penerjemah lepas. Robert Fox menggunakan dirinya sendiri sebagai contoh, menertawakan dirinya yang seharian penuh asyik ber-phubbing dengan media sosial FB, IG dan menonton Netflix, tetapi ia dengan serius mengucapkan tiga kali, “Kamu harus menyelesaikan tugas.”

Tidak ada majikan, menjadi pemimpin bagi diri sendiri, tidak ada rekan kerja yang dapat diajak berdiskusi, boleh bekerja di mana saja yang disenangi, boleh di kedai kopi Starbucks, di restoran cepat saji McDonald dan lainnya. Penerjemah lepas kelihatannya sangat mandiri, “Tetapi penerjemah wajib berdisplin diri, menyelesaikan tugas dalam waktu yang ditentukan,” pesan dari Robert Fox secara khusus mengingatkan.

 

Harus Menguasai Bahasa

Ibu dengan Baik

Apa yang menjadi persyaratan bagi mereka yang ingin menjadi penerjemah? Tanpa janjian terlebih dulu, ketiga penerjemah serentak mengungkit pentingnya pelatihan bahasa Ibu. Para siswa dianjurkan harus berlatih dan menguasai dengan baik dasar bahasa Mandarin dan bahasa Ibu, “Ingin meningkatkan kemampuan diri dalam menerjemahkan semakin tepat, maka pelatihan bahasa Ibu harus cukup dan intensif.” demikian yang disampaikan Yukina Yamaguchi.

Temmy Wiryawan mengatakan, “Saya belajar bahasa Mandarin selama belasan tahun, tetapi penguasaan bahasa ini masih tidak lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berbahasa ibu Mandarin.” Temmy Wiryawan yang memiliki pengalaman dalam organisasi  internasional dengan tulus menyarankan, “Jika kelak kamu diutus keluar negeri, keahlian kamu tetap adalah bahasa ibu yang kamu miliki.” Profesionalitas bahasa Ibu dari penerjemah harus mencapai standar tertentu.

Robert Fox menyarankan untuk senantiasa berlatih menulis, memperbanyak membaca, mendalami budaya yang ingin mereka gunakan. Jangan memaksa diri untuk menerjemahkan jika tidak mengerti, “Harus bertanya dan meminta orang lain untuk mengajarkan.” Apabila ingin menerjemahkan artikel untuk bidang tertentu, kita harus terlebih dulu menguasai kosa kata khusus terkait bidang tersebut, inilah yang menjadi persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang penerjemah yang baik.

 

Penerjemahan Adalah Sebuah Seni

Pekerjaan penerjemah melibatkan kefasihan menulis dan mengungkapkan gagasan, “Tidak saja penguasaan bahasa Mandarin harus baik, melainkan juga penguasaan bahasa ibu,” demikian kesimpulan Chen Tze-wei, ia juga memberitahu para siswa bahwa pekerjaan penerjemah kulit, melibatkan pemikiran teknis, linguistik, filosofi dan budaya. Orang-orang dapat mengerti berbagai bahasa melalui terjemahan, “Yang terpenting adalah dapat mengerti diri sendiri.”

Bahasa adalah sarana pertukaran, dalam hubungan antar sesama manusia, meskipun ada perbedaan kewarganegaraan dan warna kulit, tetapi melalui penerjemahan maka celah pembatas dapat ditiadakan,   rasa kebersamaan dalam keterasingan dapat terbina, demi memupuk kasih dari hati ke hati untuk melihat demi yang luas.