Kembali ke konten utama
Mewujudkan Rumah Dambaan Sekolah Kriya Kayu HDG-NEWS Terindah di Taiwan
2021-10-18

Menurut Lin Tong-yang, kriya kayu walau merupakan kerajinan tangan tradisional, tetapi hendaknya diberi nilai baru.

Menurut Lin Tong-yang, kriya kayu walau merupakan kerajinan tangan tradisional, tetapi hendaknya diberi nilai baru.
 

Dari dekorasi rumah dan tatanan lingkungannya, kita bisa mengetahui apa yang didambakan pemilik rumah. Sebuah meja panjang kriya tangan yang terbuat dari kayu walnut, mencerminkan estetika gaya minimalis, dan teknik kerajinan tangan sang artisan. Industri mebel kriya tangan Taiwan semula mengalami kemerosotan, tetapi sejak didirikannya Sekolah Kriya Kayu HDG-NEWS, hingga kini sudah beroperasi selama 15 tahun, dan telah membentuk kader-kader artisan generasi baru, dengan mengandalkan latar belakang keahlian di bidang desain dan seni, mereka berhasil membuat terobosan baru bagi industri mebel lokal Taiwan.

 

Kriya Kayu “Kuil Shao Lin”

Ada sebagian pelajar HDG-NEWS mengibaratkan sekolahnya sebagai “Kriya Kayu Kuil Shao Lin”, sebab setiap kali datang ke kampus di distrik Linkou, mereka harus mendaki gunung dulu, setelah mengitari kelokan-kelokan, barulah mencapai pintu masuk yang terselubung dalam kerindangan alam. Setelah mendorong pintu, dalam kelas yang luas, terpajang aneka mebel hasil karya para pelajar, yang juga merupakan konsep gambaran mereka terhadap rumah. Di sekolah ini, target pengajarannya adalah membuat pelajar menikmati kriya pertukangan kayu, dan menciptakan kreativitas dalam kehidupan.

Lin Tong-yang adalah pendiri sekolah HDG-NEWS yang dibangun di atas lahan bekas kandang babi warisan keluarga, ia mendirikan sekolah ini berkat dorongan dari sekelompok kawan yang ingin belajar pertukangan kayu.

Lin mematokkan SMK Teknik St. Joseph di Taitung sebagai target, agar bisa membangun sebuah sekolah pertukangan kayu dengan sistem bimbingan per-individu terhadap setiap murid, agar mereka bisa menciptakan karya uniknya secara tersendiri, dan bukan tugas pekerjaan tangan yang diberikan secara umum seperti kurikulum sekolah pada umumnya, di mana semua pelajar membuat sebuah karya yang sama yang telah ditentukan guru.

Pada akhir tahun 2019, HDG-NEWS berekspansi ke kampus perguruan tinggi, agar lebih banyak orang menerima pendidikan kriya atau pertukangan kayu, National Taipei University menyediakan lahan seluas 1.800 meter persegi, ditambah pengumpulan modal sebesar NT$35 juta, dibangunlah sebuah “Markas Kriya Kayu HDG”. Di balik perjuangan Lin Tong-yang adalah agar para tukang kayu Taiwan bisa memperoleh sebuah jalan baru, selain menjadi tukang “reparasi mebel”, ia juga mengharapkan industri permebelan Taiwan bisa lebih menghargai bahan kayu yang tidak mudah diperoleh. “Pohon adalah bahan alami, tidak patut diperlakukan semacam produksi industrialisasi besar-besaran. Pohon yang berusia 100 tahun, hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, agar tidak rusak dalam waktu pendek.”

 

Lo Lat Furniture and Objects: Tukang Kayu Berpredikat Desainer

Chen Ifu pendiri dan pengelola Lo Lat Furniture and Object yang berlokasi di Taichung, pernah belajar selama 2 tahun di HDG-NEWS. Chen Ifu yang belajar desain industri di universitas, setelah lulus, ia menjadi desainer produk teknologi, tetapi dalam hatinya masih mendambakan kriya kayu. Pada suatu kesempatan, ketika ia berwisata ke Jepang, ia begitu terkesima dengan pembuatan kursi di sana, sehingga sekembali ke Taiwan, ia segera mencari tempat yang mengajarkan kriya kayu. 

Chen Ifu bekerja pada hari biasa, dan pada hari libur ia belajar di HDG-NEWS, untuk sementara waktu ia melupakan papan kunci komputernya, keluar dari kerangka layar monitornya, ia menyentuh bahan-bahan kayu dengan kedua tangan dan indra penglihatannya, dalam setiap pahatan pisaunya, ia menjajaki perbedaan yang mendetail antara pertukangan kayu dan desain.

“Dulu memroduksi sebuah model cukup menekan tetikus saja, tapi setelah belajar kriya kayu, barulah mengetahui bahwa di bagian tekukan, bahan kayu harus dilebihkan.” Ia beranggapan dengan melakukan sendiri, akan membantu desainer menyelami tantangan dalam proses pembuatan sebuah hasil karya.

Di HDG-NEWS di bawah bimbingan guru Sen Ping-fang, mulailah Chen Ifu menjajaki struktur mebel dari kayu. Pada suatu hari, ketika ia berkunjung ke rumah nenek, ia menemukan sebuah “Kursi Merak”, walaupun strukturnya cukup sempurna, tetapi dari segi berat dan bentuk luarnya, kursi itu masih bisa disempurnakan, kemudian berkat dorongan dari Lin Tong-yang, ia memodifikasi kursi merak tersebut, dan terciptalah sebuah “Kursi Walet”.

Pada tahun 2013, Chen Ifu bersama teman wanitanya Hsu Chia-yu dan beberapa sahabat desainer, memamerkan karya-karya perabotan rumah mereka dalam Pekan Expo Desainer Taiwan “Omen”. Reaksi para pengunjung di kala tersebut menjadi dorongan bagi mereka untuk lebih yakin dalam menciptakan produk mebel asli buatan Taiwan. Bertepatan sekali, pada akhir tahun yang sama, seorang teman hendak menjual studio kriya kayunya, kesempatan ini tidak dilepaskan Chen Ifu begitu saja, studio itu segera dibeli dan ia berhenti dari pekerjaannya pada tahun berikut, untuk sepenuh hati mengelola “Lo Lat Furniture and Objects”.

Kini, Lo Lat menerima order sesuai pesanan, dalam standar tertentu, menerima pesanan pembeli yang memilih bahan kayu dan ukuran yang berbeda. Konsumen dapat mengunjungi pabrik Lo Lat di Taichung setiap Sabtu sore, untuk melihat proses produksi dan produk yang ada. “Adanya komunikasi antara penjual dan pembeli, membuat barang yang dibeli menjadi lebih berarti.” Menurut Hsu Chia-yu, ketika pembeli melihat proses pembuatan perabot pesanannya digarap dalam suhu panas yang tinggi dengan cermat dan perlahan-lahan, maka ingatan dan perasaan ini akan membekas dalam perabot. Begitu pula, pada saat pegawai Lo Lat melihat penampilan pembelinya, mereka bisa membayangkan suatu nuansa bagaimana pembeli memperlakukan produknya dalam rumah, sehingga dalam proses pembuatan produk tersebut, hati pembuat akan penuh dambaan, dan bukan seperti robot yang berproduksi tanpa henti.

Menghadapi kebiasaan masyarakat Taiwan yang mementingkan desain dan  mengesampingkan kriya kayu, Chen Ifu beranggapan, “Antara kedua pihak hendaknya ada rasa saling menghormati, tidak boleh menyombongkan diri. Desainer hendaknya secara profesional menjelaskan konsep desainnya kepada tukang kayu, dan ia juga harus mengetahui keterbatasan sifat kayu dan teknik pembuatannya.” Menurutnya, selama ini, antara desainer dan tukang kayu sangat kurang berkomunikasi dan kurang mengerti pemikiran  satu sama lain, ketika desainer muda berkomunikasi dengan tukang kayu senior, selalu tidak lancar. Namun jika menginginkan terobosan dalam pasar mebel dalam negeri, maka masalah ini adalah tantangan yang harus diatasi.

 

Even Studio: Pengalaman Hidup Menjadi Kreasi

Even Wu, pendiri Even Studio, karyanya “Dingklik Kue Mari” meraih juara pertama dalam Kompetisi Seni Kriya Taiwan 2010, keunikan kreativitas karyanya langsung menarik perhatian publik.

Even Wu sang penyayang kayu, mempunyai kebiasaan mencari bahan di toko kayu lama, pada suatu hari, ketika ia sedang menyerut permukaan sebongkah kayu lama, serutan kayu yang berjatuhan kelihatan seperti serpihan kue kering, itulah sumber ide baginya membuat Dingklik Kue Mari. Karyanya ini dengan cerdas menyulap kejelekan bahan lama menjadi salah satu bagian dari kreasi seni, bekas serutan di kayu, bagaikan bekas gigitan di kue mari, begitu alami dan berjiwa.  

“Kreasi saya bisa dibagi menjadi 4 kategori: memori masa kecil, perlindungan lingkungan, kreasi aksara tiga dimensi, budaya populer.” Even Wu mengatakan, ketika ia sedang menekuni kuliah S2 di National Taipei University of Education, dalam proses diskusi dengan dosen, ia merasakan keyakinan kuat akan alur kreativitasnya, latar belakang pendidikan akademisi di bidang seni, membuat hasil karyanya di bidang kriya kayu lebih beragam, selain struktural, ia juga sangat mementingkan latar belakang konsep kreativitas.

“Dingklik Kue Mari sebenarnya berkaitan erat dengan memori masa kecil saya. Waktu itu saya dilarang makan kue di rumah, maka saya makan kue di sekolah yang saya minta dari teman sekelas. Kalau teringat, sangatlah menyebalkan perasaan seperti itu.” Even Wu bercerita tentang hidup melalui karyanya, sedangkan sebuah karyanya yang lain “TV Murid Kecil”, terinspirasi oleh masa kecilnya yang terobsesi menonton TV, membuatnya sering lupa pada tugas dari ayah, oleh karena itu, sekarang ia merancang sebuah papan tulis kecil di atas lemari yang didesain menyerupai TV, pemakai lemari bisa mencatat urusan penting di papan tulis, ini juga melambangkan  cara Even mengantisipasi masalah di masa kecilnya.

Mengenang kembali 8 tahun masa ia menimba ilmu di HDG-NEWS, Even mengatakan, “Ilmu di sana tak terhingga banyaknya.” Ketika itu, ia baru lulus S1, meskipun berbekal sedikit dasar teknik kriya kayu, tetapi untuk mencapai target proyek permohonan masuk S2 yaitu membuat merek pribadi untuk karya kriya kayu, secara teknik masih jauh, sehingga ia mengunjungi HDG-NEWS yang berada di Linkou dengan mengendarai sepeda motor. Lin Tong-yang segera menerimanya untuk bersekolah di sana, setelah mengetahui maksud anak gadis muda ini datang untuk menimba ilmu, maka mulailah ia belajar ilmu pertukangan kayu dengan instruktur Lin Yan-zhi. 

Even Wu tidak pernah berhenti belajar, sekarang di luar pekerjaannya menerima pesanan, ia menjadi instruktur di markas kriya kayu HDG-NEWS, membimbing para mahasiswa mulai dari mengenal bahan kayu, selangkah demi selangkah menyelami sifat perkayuan, kemudian berkreasi dengan cara yang sesuai dengan sifat kayu. Ia sependapat dengan apa yang dikatakan Lin Tong-yang, bahwa sebuah pohon membutuhkan waktu puluhan tahun untuk menjadi bahan yang bisa digunakan, untuk itu manusia harus menangani “pohon berusia tua” ini dengan penuh syukur. Oleh karena itu, setiap ia merampungkan sebuah karya, ia akan menanam sebuah benih pohon di lahan sekitar studio.

Jalan kecil menuju ke HDG-NEWS, di sisi kanan dan kirinya ditumbuhi pepohonan Abu Hijau Formosan yang subur dan rindang, sulit membayangkan keadaan di masa lampau yang layu hampir mati, namun setelah 15 tahun kemudian, industri permebelan Taiwan mulai diwarnai oleh gairah kawula muda, mencurahkan unsur-unsur seni dan desain, menciptakan suatu era baru yang cemerlang. Di era generasi muda, mereka tidak lupa untuk terus menanamkan benih-benih perubahan, dengan harapan memberikan sesuatu yang berbeda untuk Bumi Formosa ini di masa mendatang.