Kembali ke konten utama
Akademi Junyi: Pendampingan Teknologi –Inovasi Edukasi
2021-10-11

Metode rapat yang dilaksanakan oleh Akademi Junyi, tidak lagi duduk di ruangan untuk berdiskusi, tetapi sekelompok orang yang mengitari papan tulis, menggunakan post note saling mengutarakan gagasan dan “brainstorming” untuk mencari solusi

Metode rapat yang dilaksanakan oleh Akademi Junyi, tidak lagi duduk di ruangan untuk berdiskusi, tetapi sekelompok orang yang mengitari papan tulis, menggunakan post note saling mengutarakan gagasan dan “brainstorming” untuk mencari solusi
 

Sejak akhir tahun 2012 hingga saat ini, Akademi Junyi telah menyediakan lebih dari sepuluh ribu video belajar gratis dan empat puluh ribu soal latihan interaktif secara online, dengan lebih dari 1,5 juta orang yang terdaftar sebagai pengguna, setiap bulan ada dua ratus ribu pengguna aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar. Mulai dari sekolah elit hingga kelas di desa terpencil, mulai dari kursus swasta hingga kelas bimbingan untuk kaum lemah. Selain mendapat ilmu pengetahuan dan teknologi dari luar kelas dan buku-buku, akademi tersebut juga melakukan transformasi rupa pembelajaran, tidak hanya menjadi yang terunggul, tetapi juga membantu kaum lemah.

 

Tiba di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Zhimin di Kecamatan Yuanli yang terletak di barat daya Kabupaten Miaoli, di dalam kelas belajar di desa terpencil malah terlihat tangan setiap murid memegang tablet, mereka sedang belajar online melalui platform Akademi Junyi sambil mengerjakan soal latihan.

Ini merupakan kerja sama Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Miaoli dan Akademi Junyi, yang sejak tahun ajaran 2017 telah meluncurkan “kelas remedial” untuk materi pelajaran matematika. Direktur urusan pendidikan SMP Zhimin, Zhang Shu-ping menjelaskan, yang disebut dengan “kelas remedial” diikuti oleh murid baru dari setiap kelas satu SMP yang dinilai kurang dalam materi pelajaran matematika. Ketika murid-murid lainnya belajar pelajaran matematika di dalam kelas, maka beberapa murid ini secara terpisah mengikuti “kelas pembelajaran remedial”, berbeda dengan ruangan kelas pada umumnya, dalam ruangan kelas ini terpasang bandwidth tersendiri, sehingga murid dapat mengakses internet, memanfaatkan materi Akademi Junyi untuk belajar secara online, dengan demikian kelas ini juga disebut sebagai “Kelas Junyi”.

 

Khan Academy ala Taiwan

Platform pembelajaran Akademi Junyi bangkit di tengah tren belajar online dalam beberapa tahun terakhir ini. Pada masa awal peluncuran pada tahun 2012, perintis sekaligus Chairman dari Yayasan Edukasi Chengzhi, Fang Shin-jou memiliki “keinginan berbuat sesuatu untuk membantu pendidikan di Taiwan,” ia berhasil mendapat otorisasi penggunaan situs belajar mandiri online gratis terbesar global yaitu Khan Academy, dan materi  dalam platform disajikan dalam Bahasa Mandarin, dengan harapan untuk memberikan materi pendidikan bermutu tinggi secara gratis pada era internet.

Junyi pun menjadi platform belajar online terbesar untuk murid SD dan SMP di Taiwan. Tokoh kunci di balik layar ini adalah Ray Lu, yang dijuluki sebagai “Khan dari Taiwan”, dan saat ini ia menjabat sebagai Chairman dan Pejabat Eksekutif Tertinggi (CEO) Akademi Junyi.

Ray Lu selalu mendapat juara satu mulai dari SD hingga SMA, nilai ujian masuk perguruan tinggi berada di peringkat ke-7 nasional, dan ia berhasil lolos ujian masuk National Taiwan University (NTU) jurusan kedokteran. Ketika masih berstatus sebagai dokter magang di rumah sakit pada tahun 2012, suatu hari di toko susu kacang kedelai menikmati susu kacang kedelai Ray Lu, melihat artikel tentang “Tutor yang paling disukai Bill Gates”, yang juga merupakan seorang analis dana lindung nilai (hedge fund) dari pendiri Khan Academy, yaitu Salman Khan.

Ketika Ray Lu masih bekerja sebagai tutor, ia mendapati sebagian besar murid kerap kali gagal paham dengan satu konsep kecil, dan tidak tahu kepada siapa mereka harus bertanya, ketika belajar sendiri atau membaca dari buku referensi juga tetap tidak paham, sehingga pembelajaran mereka menjadi stagnan. Ia terinspirasi oleh cerita Salman Khan, memanfaatkan waktu luangnya untuk membuat rekaman video mengenai pelajaran Bahasa Inggris, Matematika untuk materi SMA lalu diunggah ke YouTube. Ray Lu berharap murid yang ingin belajar dapat lebih mudah memahami pelajaran melalui rekaman video yang dibuat dengan konteks yang lebih jelas, dapat ditonton berulang kali dan mengerjakan soal latihan sehingga dapat diingat lebih lama, menjadi memori masa jangka panjang, sehingga dengan cara demikian dapat mengimbangi kesenjangan sumber pendidikan.

Kebaikan hati Ray Lu untuk saling berbagi, menarik perhatian dari perintis Akademi Junyi, Fang Shin-jou, pada tahun 2013 ia mengundang Ray Lu yang telah berstatus sebagai dokter berlisensi untuk menjadi tutor pengajar khusus Yayasan Akademi Junyi. Antara mengejar impian dan realita, Ray Lu memilih untuk mewujudkan impian, selangkah demi selangkah merealisasikan impiannya untuk “mempersiapkan sumber pendidikan gratis bagi setiap orang.”

 

Teknologi Meruntuhkan Dinding Kelas

Ray Lu dipromosikan menjadi Chairman dan CEO Akademi Junyi pada Desember 2017, saat menerima wawancara ia mengungkit bahwa Akademi Junyi memberikan perubahan pendidikan bagi Taiwan. Layaknya seorang guru, ia mengambil spidol dan menulis di atas papan dengan kata-kata Bahasa Inggris sebagai berikut: “smart assistant”, “training coach”, “policy advocacy”, membuat wawancara ini seolah-olah bagaikan mengikuti video pendidikan secara langsung.

 Ia lebih lanjut menjelaskan, “Junyi berintegrasi dengan kecerdasan buatan (AI), teknologi big data, perangkat lunak cerdas untuk menyediakan ‘smart assistant’ yang dijadikan sebagai alat untuk membantu guru dan murid belajar di luar kelas, walaupun kelas berakhir tetapi papan tulis dalam kelas takkan pernah hilang.”

Materi “smart assistant” yang disediakan secara gratis oleh Akademi Junyi, mencakup kurikulum pendidikan untuk sekolah dasar hingga Sekolah Menengah Atas yang terdiri dari materi pelajaran matematika, biologi, Bahasa Inggris dan lainnya. Ada lebih dari sepuluh ribu video pelajaran gratis yang direkam oleh relawan pengajar senior, setelah menyaksikan video edukasi ini masih bisa dilanjutkan dengan soal latihan.

Dengan adanya belajar di rumah bersama “tutor online” gratis, Ray Lu mengambil contoh, seorang siswa SD kelas V di Taoyuan, semula nilainya tidak begitu bagus, bahkan guru mencurigai anak ini menderita hiperaktif, maka guru mengatur agar siswa ini mengikuti pembelajaran Akademi Junyi. Satu tahun kemudian, nilai matematika siswa ini tidak hanya berhasil mengejar ketertinggalan bahkan mampu melampaui lima besar. Orang tua siswa secara pribadi mendatangi guru untuk mengucapkan terima kasih, dan bertanya kepada guru pengajar, jurus apa yang digunakan? Ternyata materi pelajaran sekolah terlalu mudah bagi siswa ini, sehingga membuatnya merasa bosan, melalui pembelajaran materi dari platform Junyi maka kemajuan belajar mandiri siswa dapat ditingkatkan.

“Teknologi menyediakan peluang besar, agar siswa mengakar pada jati dirinya mengakselerasi pembelajaran, agar guru pengajar dapat mendidik murid sesuai dengan bakat mereka,” ujar Ray Lu dengan tegas.

 

Pendampingan Teknologi: Titik, Garis, Bidang

Menitikberat pada sisi perluasan, selain siswa dapat belajar mandiri di rumah, platform Junyi juga mendorong agar guru di sekolah dapat memanfaatkan materi pendidikan Junyi di dalam kelas.

“Seperti doktrin ‘Shi Shuo’ (Discourse on Teacher) yang ditulis oleh sastrawan kuno Han Yu bahwa guru berceramah untuk memberikan pencerahan. Sebagian besar guru masa lalu berorientasi pada pengajaran, Junyi berharap dapat menggantikan peran guru pengajar, agar guru bertransformasi menjadi ‘pelatih,’ sehingga menghasilkan semakin banyak pendampingan dan bimbingan, guru semakin memiliki banyak waktu untuk berceramah, mengajarkan siswa tentang metode dan sikap belajar, mencari solusi agar kendala dan permasalahan siswa dapat terpecahkan.”

Tanpa melupakan apa yang pernah dipelajari di fakultas kedokteran pada masa lalu, Ray Lu mengatakan, guru pengajar layaknya seorang dokter, di dalam kelas mendiagnosis permasalahan dan menetapkan posisi yang tepat, memanfaatkan materi pendidikan Junyi, menganalisis poin penurunan atau kelemahan siswa, sehingga ada semakin banyak ruang untuk menerapkan diferensiasi dan pengajaran remedial, memperbanyak aktivitas pengalaman. Sebagai contoh melibatkan siswa dalam diskusi tematik atau mengadopsi metode pembelajaran berbasis pada permasalahan yang dihadapi (Problem Based Learning, PBL), melalui teknologi membawa transformasi pendidikan. Ini adalah fenomena pendidikan berteknologi yang secara langsung mengubah pendidikan tradisional di dalam kelas, tidak lagi menerapkan metode pengajaran satu arah, “guru berceramah, siswa mendengarkan”.

 

Suntikan Dana dari @Google

Ray Lu sangat terobsesi dengan Khan Academy, pada tahun 2014 ia terbang ke Amerika Serikat untuk bertemu dengan sang idola, Salman Khan. Saat Akademi Junyi menjalani pertukaran internasional, selanjutnya juga mengundang pencetus Flipped Learning Network (FLN) Amerika, John Bergmann dan CEO Silicon Schools Fund, Brian Greenberg untuk berkunjung ke Taiwan. Kedua inovator pendidikan melihat dengan nyata, bagaimana Akademi Junyi mengajar dalam kondisi anak-anak yang kurang termotivasi untuk belajar di sekolah pedesaan yang terpencil, lalu mereka berdua sangat yakin dan menegaskan Taiwan adalah pemimpin inovasi pendidikan di Asia.

Pada tahun 2018 Akademi Junyi terpilih menjadi organisasi pertama yang mendapat dukungan finansial dari tim Google.org, yaitu suntikan dana senilai US$ 1 juta selama dua tahun, maka Junyi akan mempercepat pemberian bantuan kelas bimbingan belajar bagi kaum lemah. Sejauh ini ada sembilan lembaga swadaya masyarakat yang mendukung pembelajaran ini, melalui pelatihan dan pemberdayaan, membimbing anak-anak untuk belajar sendiri.

 

Pembelajaran Menurut Karakteristik Siswa di Era Digital

Bagi siswa SD belajar bersama Akademi Junyi, layaknya seperti sebuah komputer super, Junyi yang bisa mengajar, memberikan soal pertanyaan, juga bisa berhitung, memberikan poin dan lencana. Di balik “komputer” ini, sebenarnya ada tim kerja yang terdiri dari tenaga muda professional dari berbagai bidang seperti teknik, elektronik dan teknologi informatika. Mereka memiliki penghasilan tinggi dalam industri teknologi tetapi malah memilih terjun dalam organisasi nirlaba ini dan bersama-sama berkontribusi menggapai kesuksesan.

Selain memiliki video pembelajaran, juga membutuhkan teknisi perangkat lunak yang mahir untuk mengelola operasional website. Ray Lu mengemukakan, data informasi dan teknisi user interface yang luar biasa, masih pula menguasai konsep dan elemen pengajaran yang professional, berkomitmen menyimpan dan mengorganisasi data ke dalam database, sehingga Junyi bukan sekedar tenaga insinyur saja tetapi juga database yang menyimpan, menganalisis data dalam kecepatan tinggi. Jarang ada platform seperti Junyi yang mampu menyediakan saran pengambilan putusan cerdas dengan stabil untuk pemerintah kota dan kabupaten. Junyi memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan, dengan harapan di masa mendatang dapat memberikan prediksi prestasi pengguna yang belum mengerjakan soal latihan. Berdasarkan level yang berbeda, secara otomatis memberikan rekomendasi target sasaran materi pelajaran yang lebih cocok agar efektivitas belajar dapat ditingkatkan.

Peta biru Junyi adalah “pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa via teknologi.” Ray Lu mendeskripsikan visi Junyi sebagai berikut: “Setiap anak dapat menjadi pelajar sepanjang hayatnya, termasuk anak-anak kaum lemah dan anak dengan kemampuan sedang atau kurang, agar mereka dapat belajar, membangun keterampilan untuk masa depan yang lebih baik.”