Kembali ke konten utama
Perpaduan Antara Lama dan Baru di Dadaocheng Zaman Emas Lukisan “Festival on South Street” Karya Kuo Hsueh-hu
2023-10-16

Gedung dengan fasad Barok di Jalan Dihua mengisyaratkan kemakmuran di masa lalu.

Gedung dengan fasad Barok di Jalan Dihua mengisyaratkan kemakmuran di masa lalu.
 

Lebih dari seabad yang lalu, Dadaocheng adalah distrik komersial terpenting di Kota Taipei, memiliki pelabuhan yang berkembang pesat, dan banyak perusahaan asing berlokasi di sana. Jalan Dihua yang makmur penuh dengan toko-toko yang menjual beras, makanan kering, ramuan obat tradisional dan kain. Dadaocheng pada masa itu merupakan simbol kemakmuran modern.

 

Sekitar 100 tahun telah berlalu, Dadaocheng masih memprtahankan keeleganannya. Lukisan “Festival on South Street” (Festival di Jalan Selatan) karya Kuo Hsueh-hu menggambarkan secara detail perayaan Festival Hantu di Jalan Dihua pada tahun 1930. Lanskap jalan, papan toko, rambu jalan, figur manusia dan bahkan barang-barang yang diperdagangkan oleh penjual, semuanya merupakan representasi yang unik dan menarik dari masa lalu.

Jika kita membandingkan Jalan Dihua hari ini dengan situasi yang digambarkan dalam lukisan “Festival on South Street”, kita menemukan bahwa karakter Dadaocheng kontemporer adalah perpaduan antara lama dan baru, sebuah tempat penuh dengan kombinasi dan keterbukaan. Merek-merek trendi telah memasuki gedung-gedung tua bergaya Barat dengan fasad Barok, sementara toko-toko tua berdiri berdampingan dengan kafe-kafe gaya hipster, jika perbandingan saat ini dengan zaman lalu, perubahan baru apa saja yang terjadi di Dadaocheng?

“Ketika saya baru pindah ke sini, Jalan Dihua masih sepi, dan semua bangunan difungsikan menjadi gudang,” tutur Vincent Wu, seorang dosen Departemen Desain Komunikasi di Shih Chien University yang memindahkan perusahaannya ke Dadaocheng pada tahun 2006, saat harga sewa gudang bulanan di Jalan Dihua hanya beberapa puluh ribu dolar NT saja. “Orang-orang merasa bahwa Jalan Dihua sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan.” Namun dalam sekejap mata, “harga sewa di sini sudah meninggi beberapa kali lipat.” Istri Wu adalah warga lokal Dadaocheng, sangat akrab dengan semua toko lokal dan mengetahui banyak tempat menarik, jadi dia pun menjadi pemandu untuk kisah-kisah menarik di Jalan Dihua.

 

Kilas Sejarah dalam Lukisan

Pada pukul 9:00 pagi, hampir semua rumah toko di Jalan Dihua menjalani usaha bisnis. Berkat upaya generasi sebelumnya,  masyarakat yang berdomisili di kawasan ini tergolong sebagai kaum berada, melihat mobil mewah terparkir atau lalu lalang sudah menjadi pemandangan umum. “Festival on South Street” melukiskan kemakmuran hari-hari yang telah berlalu, dengan papan toko berwarna cerah, lalu lintas dan kerumunan yang ramai. Saat ini semua bisnis dalam lukisan telah tiada lagi, hanya tersisa Kuil Dewa Chenghuang Xia-Hai Taipei dan Toko Obat Tradisional Tionghoa Qianyuan yang tetap menjadi landmark di kawasan ini.

Terletak di Jalan Dihua No. 71, Toko Obat Qianyuan muncul dalam lukisan dengan papan toko bertuliskan “Toko Qianyuan Yuandan”. Qianyuan adalah pedagang pertama di Taiwan yang menjadi agen penjualan Balsam Macan. Pada saat itu, pembeli sebotol Balsam Macan akan mendapatkan tiket untuk menonton film di Teater Yongle. Ini menunjukkan bahwa bahkan seabad yang lalu, pedagang telah memahami bahwa peluang komersial baru dapat diciptakan melalui kerja sama antar industri yang berbeda.

Kuil Dewa Chenghuang Xia-Hai di sampingnya sudah penuh dengan jemaah sejak pagi. Liburan yang digambarkan dalam “Festival on South Street” adalah Festival Hantu. Dalam lukisan itu Kuil Dewa Chenghuang digambarkan dengan asap dupa membubung ke udara, sementara jalanan dipadati oleh orang-orang yang datang untuk beribadah atau berbelanja untuk festival. Toko-toko di kedua sisi jalan memasang spanduk bertuliskan “Obral Festival Hantu”, “Hadiah Festival Hantu” dan “Diskon Festival Hantu”, tidak jauh berbeda dengan situasi yang ditemukan pada Festival Hantu sekarang ini.
 

Seratus tahun lalu, Jalan Dihua adalah pusat perdagangan makanan kering dan ramuan obat tradisional, merupakan lokasi belanja favorit bagi banyak warga.

Seratus tahun lalu, Jalan Dihua adalah pusat perdagangan makanan kering dan ramuan obat tradisional, merupakan lokasi belanja favorit bagi banyak warga.
 

Festival Hantu yang Meriah

Pemilik toko misoa dan bihun di Jalan Dihua Jiang Zhi-ren mengenang bahwa perayaan Festival Hantu 60 tahun lalu selalu diramaikan oleh banyak orang. “Pada masa itu orang-orang sangat ramah dan mengadakan perjamuan gratis. Semakin banyak orang menghadiri perjamuan Anda, semakin besar rasa bangga dan status Anda,” kata Jiang. Selain Festival Hantu, penduduk setempat paling antusias dalam merayakan ulang tahun Dewa Chenghuang pada tanggal 13 bulan kelima Imlek, yang di masa lalu dikatakan adalah ziarah kuil terbesar di kawasan Taiwan utara. Tong Zhen-xi, pemilik toko berusia seabad yang menjual benda-benda religius dan sulaman, mengenang bahwa “Kegiatan pada malam ulang tahun Dewa Chenghuang saat itu lebih ramai daripada prosesi Dewi Mazu Baishatun sekarang ini.” Namun, dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi pergeseran peringkat popularitas dewa di Jalan Dihua. Dewa yang paling populer saat ini adalah Dewa Yue Lao yang patungnya terletak di Kuil Dewa Chenghuang, yang dipuja sebagai Dewa Pernikahan atau Dewa Jodoh yang selalu membantu orang-orang untuk menemukan pasangan hidup. Wanita pemilik toko terdekat berkata sambil tertawa, “Setiap tahun pada Hari Valentine atau Festival Qixi (Hari Kekasih Tionghoa tanggal 7 bulan ketujuh Imlek), pasti terlihat antrean panjang kaum lelaki hingga Nanjing West Road, dan wanita berbaris sampai ke Minsheng West Road.”

Mengenai pergeseran popularitas para dewa, Direktur Informasi Kuil Dewa Chenghuang Titan Wu menegaskan, “Dewa Chenghuang tidak cemburu, malah senang melihat apa adanya. Ada pria homoseksual datang ke sini untuk mencari pasangan hidup, dan Dewa Yue Lao (arti harafiah: orang tua di bawah rembulan) membantu mereka menemukan jodoh. Kami juga membawa patung Dewa Yue Lao untuk mengikuti sejumlah kegiatan Taiwan di Jepang.”

 

Perspektif Kuo Hsueh-hu

Banyak orang mencoba menebak di mana Kuo Hsueh-hu berdiri saat dia melukis “Festival on South Street”, alhasil terdapat berbagai pendapat dan tidak ada kesepakatan, tetapi yang dapat dipastikan bahwa perspektif lukisan ini sangat istimewa. Festival on South Street tampaknya memberikan pemandangan dari atas, tetapi latar depannya adalah pemandangan dari sudut pandang yang lebih rendah ke atas.” Vincent Wu berpendapat bahwa Kuo melukis jalan tersebut dari berbagai perspektif dengan menggabungkan pemandangan jalanan pada beragam kedalaman bidang dalam benaknya. “Sama seperti orang saat ini menggunakan Photoshop untuk membuat gambar, dia mungkin orang pertama di Taiwan yang langsung menggunakan Photoshop dalam otaknya,” Vincent Wu berkata seraya bercanda.

“Festival on South Street” memproyeksikan kesan Kuo tentang kemakmuran Jalan Dihua. Untuk meningkatkan suasana perayaan di dalam lukisan, dia menambahkan ketinggian pada bangunan di sepanjang jalan, membuatnya tampak sangat mewah dan tinggi padahal sebenarnya bangunan pada zaman itu tingginya paling banyak dua atau tiga lantai. Di sudut kiri bawah lukisan ada tanda bertuliskan “Xian Gong Gua” yakni toko peramal yang merupakan industri orisinal yang hingga kini masih bisa ditemukan di Jalan Dihua, melayani orang-orang dalam meramal nasib dan memilih tanggal keberuntungan. “Toko peramal sangat penting bagi pedagang di Dadaocheng. Dari menikah dan melahirkan, hingga memilih tanggal untuk beribadah atau menentukan hari pembukaan toko baru, para pedagang sangat bergantung pada peramal, bahkan nomor ponsel pun diminta untuk diramal,” kata Vincent Wu.
 

Di antara dewa-dewa yang disembah di Kuil Dewa Chenghuang Xia-Hai, Pak Tua Di Bawah Bulan paling populer, terutama di antara kaum anak muda.

Di antara dewa-dewa yang disembah di Kuil Dewa Chenghuang Xia-Hai, Pak Tua Di Bawah Bulan paling populer, terutama di antara kaum anak muda.
 

“Avengers” Berusia Seabad

Dalam lukisan itu juga terlihat papan iklan film “The Burning of the Red Lotus Temple” yang ditayangkan di Teater Yongle. Teater Yongle adalah bioskop terbesar di Jalan Dihua yang dilengkapi dengan 1.505 kursi mewah. “Bisa dibilang ‘The Burning of the Red Lotus Temple’ adalah serial film ‘Avengers’ pada masa itu. Setiap film dalam serial tersebut sukses di box office, dan tiga film diputar berturut-turut,” jelas Wu, menambahkan bahwa industri film sedang berkembang pesat pada masa itu, dan surat kabar melaporkan film secara mendetail, “Film ini sangat populer, tiket terjual habis setiap malam.” Pada zaman sebelum efek visual bisa dihasilkan komputer, “The Burning of the Red Lotus Temple” sempat menghebohkan dengan efek tubuh manusia membesar dan mengecil, menembakkan petir dari telapak tangan, dan memuntahkan pedang dari mulut.

Dari “Festival on South Street” juga terlihat sekilas produk-produk populer dan khas Taiwan dari masa lalu, termasuk suvenir dan cendera mata yang selalu dibawa pulang oleh pengunjung Jepang, antara lain pisang, topi anyaman dan kerajinan penduduk asli. Lukisan itu juga menunjukkan deretan papan toko yang mencakup toko jam tangan, makanan ringan, obat-obatan, kain, kamar dagang, pompa bensin merek “Mobil” dan toko roti, melambangkan ekonomi yang berkembang. Juga terlihat dalam karya tersebut adalah becak, sepeda, mobil, lampu lalu lintas dan bahkan tutup selokan, yang menunjukkan betapa majunya infrastruktur perkotaan.

 

Suasana Sastra di Dadaocheng

Bahkan setelah satu abad, Dadaocheng tidak ketinggalan zaman.

Pada akhir tahun 2022, toko buku Kuo’s Astral Bookshop dibuka di Jalan Dihua. Menggabungkan gedung tua dengan kopi dan lebih dari 10.000 jilid buku, tempat ini segera menjadi lokasi instagrammable baru bagi para selebritas internet.

Kuo’s Astral Bookshop terdiri dari dua bangunan, depan dan belakang yang tergabung melalui sebuah tangga yang merentangi halaman kecil di tengahnya, menciptakan ruang dengan nuansa unik. Untuk gedungnya sendiri diaplikasikan pencahayaan yang lembut dan hangat, disesuaikan dengan bahan bangunan sederhana untuk menciptakan suasana retro yang terpencil. Ini adalah sebuah toko buku menawan untuk duduk dan menemukan ketenangan pikiran.
 

Membawa suasana sastra ke Dadaocheng, toko buku Kuo's Astral Bookshop telah menjadi lokasi instagrammable terfavorit bagi kalangan hipsters.

Membawa suasana sastra ke Dadaocheng, toko buku Kuo's Astral Bookshop telah menjadi lokasi instagrammable terfavorit bagi kalangan hipsters.
 

Mentransformasi Dadaocheng

Vincent Wu merekomendasikan Fukohiyokan, sebuah kafe bergaya Zaman Showa yang terletak di Guisui Street. Beranjak ke lantai dua, kita bisa menemukan banyak koleksi barang antik yang dimiliki kafe tersebut, dan pencahayaan saat senja akan mudah membangkitkan nuansa nostalgia, bagaikan kembali ke kehangatan dan kepositifan zaman itu. Suasana retro yang menampilkan furnitur yang tertata apik, lampu meja Art Deco dengan warna kuning lembut, cocok sekali untuk menikmati kopi atau teh sambil mengobrol dengan teman.

Toko DoGa Xiang Crisp Chili Cabang Jalan Dihua adalah tempat check-in populer lainnya. Di dalam toko dapat ditemukan makanan ringan Crispy Chili yang laris manis di internet hingga ke luar negeri. Di tengah suasana bersejarah Dadaocheng, DoGa lebih seperti butik modis. Sementara itu, merek kultural dan kreatif inBloom menawarkan produk kerajinan sablon dan kelas kerajinan tangan bagi pengunjung yang datang untuk menikmati estetika otentik kain cetak gaya Taiwan.

Kuo Hsueh-hu mengabadikan Dadaocheng pada waktunya melalui “Festival on South Street”. Seratus tahun sudah berlalu dan Dadaocheng tetap makmur seperti dulu, banyak cerita yang menunggu digali di sini. Kita dapat berbelanja di toko-toko modis, mengagumi rumah-rumah tua yang megah di gang kecil yang sepi, atau duduk di kedai kopi untuk menikmati secangkir sambil bernostalgia, lalu membawa pulang rangkaian rempah-rempah dan tanaman obat untuk dibuat sup tonik, dan menikmati kembali perpaduan harmonis antara lama dan baru di Dadaocheng.

 

MORE

Perpaduan Antara Lama dan Baru di Dadaocheng Zaman Emas Lukisan “Festival on South Street” Karya Kuo Hsueh-hu