Kembali ke konten utama
Musik dari Bibir Duet Ayah dan Anak Berkaliber Internasional
2018-08-27

Musik dari Bibir Duet Ayah dan Anak Berkaliber Internasional

 

Sewaktu berjalan ke luar kota, para wisatawan dengan santai bersiul bersahutan dengan burung, suara siulan ini dihasilkan melalui penghantaran udara dari perut bagian bawah dan resonansi kedua bibir, tindakan yang kelihatannya mudah ini sudah sejak 2500 tahun lalu menjadi pertunjukan ìSiulî di saat kaum sastrawan berkumpul.

Sekarang orang yang memiliki keterampilan ini seperti mempunyai keahlian tertentu. Lee Chen-chi dari awalnya tertarik dan bertekad untuk mendalaminya, lalu mendefinisikan kembali menjadi ìMusik mulutî, ia menggunakan kedua bibir menghasilkan musik yang berbeda, Lee Chen-chi adalah orang Tionghoa pertama yang mengeluarkan album musik siul dan juga menjadi orang pertama yang membawa siulan penggembala sapi ke panggung konser nasional. Hampir 20 tahun ìBibirî Lee Chen-chi dan anaknya, Lee Yu-lun, telah menghadirkan konser siulan indah ke berbagai pelosok baik di dalam maupun di luar negeri.

 

Lee Chen-chi (kiri) yang awalnya tertarik dan mendalami kesenian ini, lalu mendefinisikan kembali menjadi “Musik Bibir”dengan kedua bibirnya menyenandungkan lagu-lagu yang berbeda, ia merupakan orang Tionghoa pertama yang merilis album musik bibir dan membawa siulan penggembala sapi ke panggung konser nasional. (Foto: Jimmy Lin)Lee Chen-chi (kiri) yang awalnya tertarik dan mendalami kesenian ini, lalu mendefinisikan kembali menjadi “Musik Bibir”dengan kedua bibirnya menyenandungkan lagu-lagu yang berbeda, ia merupakan orang Tionghoa pertama yang merilis album musik bibir dan membawa siulan penggembala sapi ke panggung konser nasional. (Foto: Jimmy Lin)

Saat suasana hati senang, orang biasanya menyenandungkan sebuah lagu, kadang-kadang bersiul gembira, dan kebetulan seperti ini telah memiliki sejarah panjang. Dalam “Shi Jing” (Buku kumpulan lagu rakyat Tiongkok kuno) menyebutnya “Musik bersiul”, Ge Liang, Tao Qian, Cao Zhi dan lainnya merupakan sastrawan siul dari generasi ke generasi, seni bersiul juga menjadi sesuatu yang tidak boleh kurang atau tidak ada ketika para sastrawan berkumpul.

Bersiul merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan kegembiraan bagi sebagian besar orang di masa kecil. Lee Chen-chi yang berasal dari desa Wandan, kabupaten Pingtung, semasa mudanya mengunakan waktu selepas sekolah menggiring kerbau merumput di pinggir sungai, untuk menghibur diri sendiri Lee suka bersiul sambil duduk di atas kerbau atau berhadapan dengan kerbau. Ditemani dengan siulan merdu, kadang membuat kerbau pun terpesona sampai lupa menyantap rumput, hal ini membuatnya semakin tertarik dengan bersiul.

Musik “Bibir” 
Awal Sumber Suara

Sebutan “Musisi bibir pertama” bagi Lee Chen-chi dan hubungan erat dengan musik bermula dari keluarganya. Ayahnya adalah seorang pemusik Huqin (biola 2 senar Tiongkok) dan kakak laki-laki pertamanya adalah pemain klarinet. Karena dulu harga alat musik sangat mahal ditambah lagi alat musik ini adalah sebagai alat untuk mencari nafkah bagi keluarganya, Lee Chen-chi kecil tidak diperbolehkan menyentuh, namun hal ini tidak menyurutkan minat dan ketertarikan Lee Chen-chi pada musik. Ketika duduk di bangku SMP, teman sekelas mendorongnya untuk tampil, ini adalah untuk pertama kali Lee Chen-chi tampil bersiul di hadapan banyak orang. Saat mendapat tepuk tangan dari penonton, ia merasa bahagia “Ternyata bersiul juga bisa menjadi musik”, sehingga ia semakin ingin mendalaminya.

Lee Chen-chi menulis puisi akrostik dengan tipe huruf standar kursif tradisional Tiongkok, karya ini termasuk dalam koleksi khusus kaligrafi dan lukisan yang berjudul “Lagu tanpa kata”. (foto dari Lee Chen-chi)Lee Chen-chi menulis puisi akrostik dengan tipe huruf standar kursif tradisional Tiongkok, karya ini termasuk dalam koleksi khusus kaligrafi dan lukisan yang berjudul “Lagu tanpa kata”. (foto dari Lee Chen-chi)

“Seperti yang dahulu dikatakan, sutra tidak sebaik bambu, bambu tidak sebaik daging. Musik bibir adalah suara yang paling mendasar dikeluarkan melalui organ tubuh manusia, daya tarik suara yang paling menggugah orang.” Lee Chen-chi tak henti-hentinya berbicara mengenai misteri musik bibir. Berbeda dengan Suling, Pipa (kecapi empat senar Tiongkok) dan lainnya yang harus menggunakan jari untuk menutup lubang atau menggesek tali senar untuk mengeluarkan melodi, suara musik bibir bergantung pada sepasang bibir saja, asalkan mengetahui sumber suara yang dikeluarkan maka orang tersebut bisa mulai bersiul.

Dari siulan seorang anak penggembala kerbau hingga menjadi ahli musik bibir. Lee Chen-chi belajar dengan tekun secara otodidak, hingga dia memahami inti dari seni ini, bahkan mengembangkan banyak teknik sendiri seperti teknik menggunakan otot perut, teknik menelan dan mengeluarkan, serta teknik aliran udara.

Kuasai Teknik
Hadapi Kesulitan Repertoar

Lagu terkenal Lee Chen-chi adalah “Yangming Chunxiao” sebuah lagu tema dari acara televisi terkenal “Setiap Hari Satu Kata”. Melodi yang begitu populer, mendengarkan melodi ini seperti mengajak orang bertamasya ke gunung Yangming. Setelah beberapa kali mencoba, ia bersenandung dalam bentuk siulan, dan memainkannya dengan menggunakan teknik sendiri. Pada umumnya tempo lagu sekitar 60 – 70 ketukan permenit, namun pada bagian tersulit lagu “Yangming Chunxiao” kecepatan temponya mencapai 180 ketukan permenit, yang paling lambat sekitar 40 ketukan. “Begitu cepat hingga tidak bisa bernafas dan lambat sampai harus menghembus napas sangat panjang.” Lee Cheng-chi menggambarkan tantangan perubahan tempo nada cepat dan lambat.

Lee Yu-lun (kiri) bersama dengan pianis tuna netra, Huang Yu-siang dan pemain bas Minco Lu membentuk group “Trio Bibir”. (foto Lee Yu-lun)Lee Yu-lun (kiri) bersama dengan pianis tuna netra, Huang Yu-siang dan pemain bas Minco Lu membentuk group “Trio Bibir”. (foto Lee Yu-lun)

“Suara selama nada tempo cepat harus stabil dan jelas”, Lee Chen-chi menggunakan “Metode diafragma” untuk menjaga kejernihan suara, menampilkan lemah-kuatnya nada; mengalihkan titik aliran udara pada bagian dalam dan luar bibir untuk mengeluarkan tinggi rendahnya nada, ini merupakan “Teknik aliran udaran”; “Teknik menelan dan mengeluarkan” memperpanjang pengeluaran nada dari mulut dengan pengaturan pernapasan untuk menghasilkan nada halus lembut yang panjang. Apakah ada keterkaitan antara cukupnya “Udara” dengan penguasaan teknik yang baik, udara harus cukup agar dapat bernapas dan merubah pernapasan, dalam proses ini juga seperti desahan napas anjing kecil diterapkan dalam teori nada. Lee Chen-chi menghabiskan waktu dua tahun untuk berlatih “Yangming Chunxiao” mencoba dalam beragam teknik untuk mencapai kesempurnaan. Lee tidak hanya bersiul dalam kehidupan sehari-hari melainkan juga dalam repertoar panggung musik internasional. Ia merasa kalau lagu yang cocok untuk disiulkan sangat terbatas, maka Lee Cheng-chi memberanikan diri mencoba dan berinovasi bahkan mulai terjun dalam penciptaan lagu.

Lee Chen-chi, Lee Yu-lun, ayah dan anak mengubah stereotip kebanyakan orang tentang siulan, sekarang mereka turut mempromosikan pendidikan musik bibir di Taiwan.Lee Chen-chi, Lee Yu-lun, ayah dan anak mengubah stereotip kebanyakan orang tentang siulan, sekarang mereka turut mempromosikan pendidikan musik bibir di Taiwan.

Namun ini bukanlah hal yang mudah, repertoar tidak boleh terlalu sederhana, konten harus diperkaya dengan beragam plot menarik. Lee yang mahir dalam kaligrafi sangat tersentuh dengan kisah Su Dong-po dan Wang Chao-yun, sastrawan Dinasti Song yang menginspirasi Lee menciptakan karya “Mimpi di negeri awan”. Ia mengambarkan “Lebih sulit menciptakan sebuah lagu dengan musik bibir berdurasi 4 menit daripada memproduksi suatu barang.” Yang paling sulit dalam proses pembuatan adalah memfermentasikan perasaan dan mengekspresikannya, dibutuhkan eksperimen terus menerus dan setelah berulang kali meminta bantuan vokalis dan komposer barulah dihasilkan sebuah lagu.

Ketekunan Sang Ayah 
Menggugah Lee Yu-lun

Lee Chen-chi selama bertahun-tahun berkomitmen dan gigih mendalami dunia musik bibir, sekarang sudah ada Li Yu-lun putranya yang mengikuti jejak langkah sang ayah. Lee sering mengajarkan sepasang putra dan putrinya semasa mereka kecil. Lee Yu-lun cilik selalu mencoba meniru bentuk bibir ayahnya saat bersiul, ketika berusia 4 tahun Lee Yu-lun untuk pertama kali mengeluarkan suara siulan, pada waktu itu ayahnya sangat senang. Di usia 7 tahun, tanpa persiapan latihan sama sekali, Li Yu-lun tampil perdana di atas panggung bersama ayahnya menyenandungkan lagu “The Bridge on the River Kwai” dan mendapat tepuk tangan meriah, pengalaman ini membuat Lee Yu-lun merasa ia sangat pandai bersiul.

Ketika duduk di Sekolah Dasar, Lee Yu-lun pernah menawarkan diri tampil di atas panggung namun ia hanya menerima ejekan “Seperti ini bagaimana bisa disebut berbakat seni”, sejak saat itu Lee Yu-lun tidak lagi berani bersiul di depan banyak orang.

Raja Gitar Oriental, Su Zhao-xing (kanan) adalah promotor penting musik bibir bagi Lee Chen-chi (Foto: Lee Chen-chi)Raja Gitar Oriental, Su Zhao-xing (kanan) adalah promotor penting musik bibir bagi Lee Chen-chi (Foto: Lee Chen-chi)

Pada suatu hari, Lee Chen-chi menggunakan waktu saat menyetir mobil untuk berlatih repertoar ”Yangming Chunxiao”, Lee Yu-lun yang berada disampingnya tiba-tiba berpaduan suara dengan ayahnya, lagu yang dibawakan tidak hanya menyempurnakan paduan suara, tekniknya juga lebih baik dari ayahnya. “Saya masih berlatih, kamu sudah bisa”, ujar ayahnya dengan gembira dan meminta anaknya tampil bersama di panggung, ini merupakan pertama kali mereka secara resmi tampil bersama.

Selain itu mereka berdua juga menampilan banyak lagu popular di antaranya lagu “The Whistler and His Dog”, ekspresi dan gerakan tubuh yang lucu, interaksi mereka berdua membuat penonton tertawa, di bawah panggung suara tawa berulang-ulang kali terdengar, afeksi kedua orang ini meresap pada para pendengar membuat orang-orang tidak akan pernah melupakan sosok dari kedua ayah dan anak ini.

Keserasian yang baik antara ayah dan anak, di atas dan di bawah panggung, begitu Lee Chen-chun bersiul, Lee Yu-lun langsung mengetahui perasaan hati ayahnya, inilah yang disebut mitra terbaik.

Lee Chen-chi sering kali diundang untuk tampil dalam festival musik di luar negeri sehingga dunia dapat mengenal Taiwan. (foto dari Lee Chen-chi)Lee Chen-chi sering kali diundang untuk tampil dalam festival musik di luar negeri sehingga dunia dapat mengenal Taiwan. (foto dari Lee Chen-chi)

Lee Chen-chi adalah sosok yang mewakili musik bibir, menurunkan yang terbaik untuk anaknya, Lee Yu-lun. Sejak kecil Lee Yu-lun sudah menjadi anggota paduan suara, mengerti teori musik, lebih mengerti lagi dengan musik bibir, tidak saja bisa memainkan musik lagu Tiongkok, ia juga pandai memainkan musik klasik, jazz, popular barat, selain itu kemanapun ia pergi ia senang berbagi seni musik bibir, menunjukkan musik dasar dari tubuh manusia yang memiliki kekuatan menembus hati orang.

Suara siulan di akhir iklan Mc Donald menarik dan membuat orang penasaran dan dalam film “The Village of No Return” juga terdengar suara siulan Lee Yu-lun. Selain itu ia juga bersama dengan pencinta musik membentuk group “Trio Bibir” dan merilis album siul jazz “Make Me a Channel”.

Lee Yu-lun seringkali terlihat mondar-mandir di sekolah-sekolah, ia bekerja sama dengan penerbit buku menerbitkan materi pengajaran bersiul, dengan memberikan penjelasan gambar yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga pengajar dapat dengan cepat mengajarkan pelajaran ini. Bersamaan dengan itu ia juga turut dalam pertandingan bersiul Lintas Selat .

Musik dari Bibir Duet Ayah dan Anak Berkaliber Internasional

Keberhasilan Datang dari 
Keluarga dan Teman

Seumur hidup Lee Chen-chi berpasangan dengan musik bibir. Selain ayahnya, di belakangnya ada Su Zhao-xing, yang dikenal sebagai "The Prince of Oriental Guitar," yang merupakan seorang promotor musik penting.

Mereka berdua belajar di SMP Pingtung dan saling mengenal karena lukisan. Setelah lulus mereka tetap saling berhubungan. Saat Su Zhao-xing tampil dengan gitarnya ia sering mengundang Lee Chen-chi memainkan beberapa lagu musik bibir sehingga perlahan-lahan banyak orang mengenal musik bibir.

Musisi ternama Fan Yu-wen dan Chen Ming yang adalah teman sekaligus guru Lee Chen-chi, mereka bersama-sama ke luar negeri berpartisipasi dalam kegiatan Tionghua Perantau dan atas undangan Cheng Ming, Lee tampil di konser nasional, membuat acara pertunjukkan group paduan suara semakin semarak dan untuk pertama kalinya siulan muncul di panggung nasional, selanjutnya undangan tampil baik dalam maupun luar negeri terus berdatangan.

Ia pergi ke Lithuania, Rusia, Amerika Serikat, Kanada, Arab Saudi, Yordania, Afrika Selatan, Mauritius, Prancis, Belgia, Australia, Selandia Baru, dan negara-negara lain. Kepopularitasannya secara bertahap berkembang, ia juga diajak berkolaborasi bersama Orkestra Simfoni Shanghai untuk merilis album perdana musik bibir etnis Tionghoa.

Musik dari Bibir Duet Ayah dan Anak Berkaliber Internasional

Lee Chen-chi dan Lee Yu-lun, ayah dan anak bersama-sama membangun panggung musik bibir Taiwan, mereka menanamkan akar dan mempromosikannya, tanpa pamrih berbagi teknik musik bibir dan membentuk fans page “Musik bibir” berharap dapat mendirikan asosiasi pendidikan musik bibir, mengumpulkan semakin banyak orang belajar dan meneliti, bersama-sama menumbangkan stereotip bersiul, kembali memperkenalkan keindahan musik bibir dalam kehidupan sehari-hari.