Kembali ke konten utama
Wasit Baseball Taiwan Raih IOC Women and Sport Award
2019-04-09

Sejak masih di bangku SMA, Liu Po-chun sudah memiliki minat yang besar terhadap baseball. Kegigihannya untuk bergelut dalam bidang olahraga tersebut, telah membantu Liu Po-chun mengatasi berbagai kesulitan dan keterbatasan.

Sejak masih di bangku SMA, Liu Po-chun sudah memiliki minat yang besar terhadap baseball. Kegigihannya untuk bergelut dalam bidang olahraga tersebut, telah membantu Liu Po-chun mengatasi berbagai kesulitan dan keterbatasan. (Foto oleh IOC)

 

Wasit (umpire) baseball wanita pertama Taiwan, Liu Po-chun, beberapa waktu yang lalu menerima “2019 Women and Sport Award” dari International Olympic Committee (IOC) atas usahanya dalam memberdayakan perempuan di bidang olahraga.   
 
Upacara penyerahan penghargaan tahun ini dilaksanakan oleh IOC bekerja sama dengan UN Women, sebuah lembaga PBB yang didirikan untuk memperjuangkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.  
 
Sejak masih di bangku SMA, Liu Po-chun sudah memiliki minat yang besar terhadap baseball. Kegigihannya untuk bergelut dalam bidang olahraga tersebut, telah membantu Liu Po-chun mengatasi berbagai kesulitan dan keterbatasan.  
 
Sebelumnya, Liu Po-chun pernah menghadiri “Global Sports Mentoring Program” yang diadakan oleh Kementerian Dalam Negeri AS, dan dinobatkan sebagai salah satu dari 10 perempuan muda berprestasi, serta mendapat penghargaan sebagai salah satu dari wanita paling berpengaruh di bidang olahraga oleh majalah Forbes tahun 2018.    
 
Liu Po-chun mengatakan, “Mengatasi ketidaksetaraan gender bukanlah suatu hal yang mudah, ketika seorang wanita menduduki posisi pimpinan, kita tidak bisa hanya menjadi ‘baik’, tetapi harus menjadi ‘sangat baik’. Saya ingin menyampaikan terima kasih atas penghargaan ini, saya akan terus melayani masyarakat, ini adalah misi saya.”
 
Liu Po-chun menceritakan pengalamannya ketika masih berusia 13 tahun. Saat itu, ia ingin berpartisipasi dalam tim baseball sekolah, namun ditolak karena ia seorang perempuan.
 
Kemudian, Liu Po-chun ingin mencoba untuk menjadi seorang wasit, tetapi juga mengalami penolakan. Para pemain berpendapat perempuan tidak boleh masuk ke lapangan dan menyentuh bola, karena dapat membawa nasib buruk. Namun, Lio Po-chun tidak pernah menyerah, ia berkata, “Saya tahu, jika hanya mengandalkan diri sendiri tidak akan bisa membawa perubahan, tetapi kita bisa melakukannya bersama-sama, kita perlu lebih banyak wasit perempuan, sehingga saya tidak menjadi suatu pengecualian.”