Kembali ke konten utama
Perjalanan yang Fantastik Museum Seribu Benih Tanaman
2021-09-13

Museum Seribu Benih Tanaman

 

Jika bukan berasal dari keluarga petani atau yang menekuni jurusan pertanian, jarang sekali bagi orang awam berkesempatan untuk mengenal benih tanaman. Akan tetapi benih adalah sumber kehidupan, sekali benih terlahir maka terjadilah legenda, ada yang bisa terbang ke angkasa, ada yang terbawa ke laut, ada yang terbengkalai dan ada juga yang menanti bertahun-tahun lamanya demi melanjutkan kehidupan.

 

Berkunjung ke Thousand Fields Seed Museum (Museum Seribu Benih Tanaman) yang terletak di jalan Dongfeng di Tainan, kami mendorong pintu yang terbuat dari kayu mahoni agar terbuka lalu masuk untuk mengeksplorasi ruang semi terbuka yang dipenuhi dengan tanaman merambat, bagaikan menelusuri lubang pohon raksasa dunia fantasi Alice in Wonderland dan bersiap diri untuk menikmati perjalanan benih yang fantastik.

 

Itinerari Perjalanan Benih yang Fantastik

“Sebagian besar benih akan meninggalkan tanaman induknya dan mencari tanah.” Pemilik museum Liang Kun-jiang yang akrab dipanggil Papa Liang menunjuk displai benih yang dipamerkan sambil memberikan penjelasan.

Ada banyak cara untuk meninggalkan tanaman induk,  benih tanaman bersayap akan memanfaatkan kesempatan ini berevolusi membentuk sayap khusus dan terbang seiring dengan tiupan angin. Liang Kun-jiang membelah tanduk polong biji pohon Kiacret (Spathodea campanulate) yang berbentuk panjang dan sempit, di dalamnya terlihat lapisan benih yang tipis dan transparan bagaikan lembaran sayap jangkrik yang mengambang, “Polong biji pohon ini berisi ribuah benih, kegunaannya adalah dengan kuantitas menambah peluang benih jatuh ke tanah.” 

Pohon lainnya adalah Mahoni Daun Besar (Swietenia macrophylla) benihnya menjulai dan berputar saat jatuh, masa panen tanaman ini berkisar pada Maret dan April, setelah jatuh ke tanah bertepatan dengan datangnya musim hujan plum di bulan Mei, saat benih mulai berkecambah, semuanya seperti sudah diatur dengan baik oleh Yang Maha Kuasa.

Ada benih yang mengikuti arus, memanfaatkan arus air membawanya ke tempat yang jauh, inilah yang disebut dengan “hidrokori” atau “penyebaran benih jarak jauh”. “Penyebaran benih jarak jauh melalui air laut memiliki satu karakteristik yakni di antara biji benih dan cangkang benih akan membentuk ruang udara, bagian luar ada cangkang pelindung dan ruang vakum di dalamnya sehingga benih ini dapat mengapung di atas air.” Liang Kun-jiang memperlihatkan satu benih tanaman Butun (Barringtonia asiatica) yang berukuran lebih besar daripada telapak tangannya. Tanaman ini berasal dari Taiwan, tanaman Butun terdistribusi di beberapa lokasi seperti Kepulauan Lanyu, Pulau Hijau (Green Island), Semenanjung Hengchun dan Pulau Lambai, juga dapat ditemukan di setiap negara Asia Tenggara, semestinya benih ini asli dari Taiwan yang menyebar ke sana.

Ada tanaman yang mengandalkan aroma khusus yang dihasilkan untuk menarik burung dan binatang memakannya, sekaligus membawanya pergi dari tanaman induk, misalkan pohon Kanon (Couroupita guianensis). Pohon Kanon termasuk tanaman bunga kering, dari batang pohon tumbuh ranting yang menghasilkan bunga  berwarna jingga kemerah-merahan, setelah buah matang, akan terlepas dari batang pohon, daging buah mengeluarkan aroma unik yang tidak sedap untuk menarik serangga, burung dan binatang untuk memakannya.

Setiap biji benih pasti memiliki karakteristik tersendiri,  untuk mempertahankan diri agar dapat melanjutkan hidup. “Mengapa ia begitu, cobalah berpikir, sebenarnya benih-benih ini ingin menyampaikan kepada kita tentang arti kehidupan,” ujar Liang Kun-jiang.

 

Benih Adalah Sumber Kehidupan

Ternyata ruangan di museum benih ini adalah studio kerja milik sepasang suami istri desainer taman, Liang Kun-jiang dan Zhao Ying-ling. Beberapa tahun yang lalu, anak mereka Liang Chao-xun setelah lulus dari sekolah musik di Inggris kembali ke Taiwan, ia membujuk agar kedua orang tuanya melakukan transformasi ruangan menjadi museum benih.

“Niat awal hanya sekedar ‘kesenangan’ saja”, kata Direktur Museum Benih Liang Chao-xun. Barang yang dikoleksi sepanjang hidup orang tuanya malah tidak bisa dirasakan dan dinikmati orang lain, ia sangat menyayangkan hal tersebut.

Museum mengoleksi lebih dari 500 jenis benih, begitu banyak jenis benih seperti pengetahuan luas yang dimiliki oleh Papa Liang. Semua didapat dari membolak-balik buku referensi. “Saya mempunyai satu truk yang isinya buku referensi. Semua uang saya gunakan untuk membeli buku, saya membeli semua buku tentang tanaman dalam dan luar negeri.” Ketika membahas tentang benih, mata Liang Kun-jiang langsung bersinar-sinar, nada bicaranya menjadi sangat antusias untuk berbagi hobi terbesar sepanjang hidupnya kepada pengunjung museum.

Benih tidak hanya cantik, tetapi juga luar biasa karena kaya akan pengetahuan yang terselubung di dalamnya. Kong Hu Cu pernah mengatakan, “kenalilah nama tanaman, burung dan binatang.” Misalkan Pisang Kipas (Ravenala madagascariensis), bagi yang bertahan hidup di alam liar maka wajib mengenal tanaman penyelamat tersebut. Pelepah daun dari pohon Pisang Kipas mampu menyimpan air, ketika di alam liar mengalami kekurangan air maka demi keselamatan diri, bisa menebang pohon ini untuk mendapatkan air untuk melepas dahaga, masih ada benih lainnya yang berwarna biru menjadi fenomena alam yang langka, oleh Zhao Ying-ling dibuat menjadi karya seni.

Lalu Liang Kun-jiang mengambil benih Hawaian woodrose (Merremia tuberosa) yang menyerupai sekuntum bunga kering, jenis ini dan bunga Morning Glory (Ipomoea nil) termasuk satu famili Convolvulaceae, setelah bunga mekar lalu kelopak bunga akan berubah menjadi kayu dan benih terbungkus di dalamnya. Bentuk bunga seperti corong menghadap ke atas langit, pada saat turun hujan, bunga ini akan terisi penuh oleh air, dan membuat cangkang luar benih menjadi lunak, benih terbawa air akan meninggalkan tanaman induk, memulai perjalanan mencari tanah.

Satu jenis tanaman lainnya, Saga Rambat (Abrus precatorius) yang sering ditemukan di bagian Selatan Taiwan, memiliki benih cantik dengan warna merah berbintik hitam kecil tetapi malah mengandung racun yang mematikan. Seorang periset anti kanker terkemuka di Taiwan, Doktor Tung Ta-cheng mengadopsi ekstrak protein racun untuk melawan sel kanker. Akan tetapi ketika dimakan oleh jenis burung Saga Rambat, burung-burung tersebut malah tidak keracunan, ini dikarenakan fungsi gigi burung yang sudah menurun sehingga langsung menelan makanannya. Struktur pencernaan burung bersifat rektal, setelah makanan dicerna dalam tubuh, langsung dikeluarkan dalam waktu singkat. Hal yang ajaib adalah berjalannya proses ini ikut memperlancar benih untuk berkecambah, jika dalam kotoran burung ada benih maka 100% akan berkecambah. Liang Kun-jiang menjelaskan ini adalah relasi alam yang luar biasa “saling membantu”, membuat manusia tercengang kagum, juga membuktikan demi hidup alam akan mencari jalan keluar dan benih adalah fakta sumber kehidupan.
 

Liang Chao-xun mengajak semua orang mengunjungi Thousand Fields Seed Museum, untuk bertualang bersama menyaksikan perjalanan benih.

Liang Chao-xun mengajak semua orang mengunjungi Thousand Fields Seed Museum, untuk bertualang bersama menyaksikan perjalanan benih.
 

Taiwan Kaya akan Keragaman Biologis

“Sebenarnya orang Taiwan dimanjakan oleh alam sekitarnya.” “Karena lingkungan sekitar tempat kita berada sangat kaya akan tumbuhan tetapi tidak dapat merasakan begitu ajaibnya keragaman ini. Akan tetapi, ketika kita pergi ke negara lain dan membuat perbandingan baru merasakan bahwa tumbuhan Taiwan begitu beragam.”

Laporan survei dari Direktorat Jenderal Kehutanan menyebutkan, Taiwan tidak memiliki lahan luas namun di atas pulau ini telah ditemukan dan teridentifikasi sebanyak lebih dari 59.000 jenis tumbuhan.

Sepanjang perjalanan melintasi garis balik utara, jarang terlihat gurun, Taiwan adalah salah satu contoh pengecualian yang langka. Penyesuaian laut terhadap iklim, dilalui angin musiman membawa kelembapan dan curah hujan, membuat pulau kecil ini tidak tandus, tetapi justru kaya akan rupa geografis mencakup dataran rendah, bukit, tanah tandus, tundra, hutan dan berbagai bentuk lahan, membiakkan sistem ekosistem yang beragam sehingga terciptalah habitat yang kaya akan spesies tumbuhan.

“Tanah Taiwan adalah gudang benih, bank benih, saat Anda ke alam terbuka, mengambil segenggam tanah untuk dibawa pulang, diberi sedikit cipratan air, maka akan tumbuh banyak bunga yang tidak diketahui namanya,” kata Liang Kun-jiang.

Begitu banyak tumbuhan asing datang dan mengakar di Taiwan, mampu tumbuh dengan sehat dan kuat. Seperti pohon Tengguli “hujan emas” (cassia fistula) dengan bunga yang bermekaran di awal musim panas, yang berasal dari India. Nama pohon ini dalam bahasa India berarti warna kuning, warga setempat menghancurkan cangkang benih, di dalam benih terdapat cairan yang lengket beraroma tidak sedap, mengandung zat saponin yang dimanfaatkan orang India sebagai zat pembersih. Karena tanaman Chinese soapberry (Sapindus mukorossi) berasal dari Taiwan maka pohon Tengguli dijadikan sebagai tanaman hias saja. Pohon Flamboyan (Delonix regia) di kota Tainan lebih luar biasa lagi, pohon ini adalah tanaman asing tetapi malah sudah bernaturalisasi di Taiwan, pohon ini berasal dari tempat yang jauh, yakni Madagaskar di Afrika.

Museum benih menerima banyak turis mancanegara, terhadap turis yang berasal dari Hong Kong dan Singapura, Liang Chao-xun memiliki pengalaman yang mengesankan. “Tamu dari kedua kawasan ini memiliki kesadaran yang kuat akan lingkungan.” ujar Liang Chao-xun. Secara keseluruhan penataan Kota Singapura terlalu bersih, bahkan rumput yang tumbuh di celah tembok akan dicabut bersih, benih-benih yang jatuh dari atas pohon segera tersapu, jarang ada kondisi seperti di Taiwan yang mempertahankan lingkungan yang bebas dan alami.

 

Hidup seperti Benih

Thousand Fields Seed Museum (Museum Seribu Benih Tanaman) hanya menerima benih dari tanaman di dataran, biarkanlah benih dari tanaman bukit tetap tumbuh di atas bukit.

Ruangan di dalam museum tertutup oleh pepohonan, “Bukan rumah selesai dibangun baru menanam pohon, tetapi sebelumnya sudah ada pohon di sini, kami membangun rumah di samping pohon,” tutur Liang Chao-xun.

Begitu pula lahan pertanian di Desa Ligang, Kabupaten Pingtung dibiarkan tanpa ada yang mengelola, hanya dengan menanam satu bulir benih yang disukai lalu menantinya tumbuh berkembang, “Kami lebih bersikap apa adanya, berapa banyak yang Tuhan berikan untuk kami maka berapa banyak pula yang kami manfaatkan.” ucap Papa Liang.

Memanfaatkan benih untuk dituangkan pada karya seni, Zhao Ying-ling memuliakan rancangan Tuhan yang genius, ia mengatakan, “Bukan karya kami, tetapi rupa asal memang demikian, saya hanya merapikan saja.” Memanfaatkan kulit buah Mahoni dan Boroco (Celosia argentea) dibuat menjadi sepatu hak tinggi, berkat suhu udara dan kelembapan di kawasan Selatan, kulit buah mahoni setelah terbelah akan melengkung, dan kurva lengkungan ini dimanfaatkan oleh Zhao Ying-ling untuk dibuat menjadi sepatu hak tinggi yang cantik. Sisik pada buah pinus dihiasi dengan aneka benih warna-warni terlihat ceria bagaikan pohon natal. Mengadopsi kombinasi buah membentuk seekor burung hantu, babi kecil yang tersenyum, menjadi karya cantik yang benar-benar alami.

Kami meminta mereka sekeluarga untuk foto bersama, tetapi mereka menolak, “Kami telah terbiasa dengan benih sebagai pemeran utama.” tutur Liang Chao-xun. Sepanjang masa keluarga ini menghabiskan waktu di dunia botani tanpa ada beban, inilah potret kehidupan Thousand Fields Seed Museum yang nyata.

Tidak berbicara tentang prinsip kebenaran, hanya mementingkan kesenangan, tetapi saat bersentuhan dengan benih, dalam proses interaksi ini kita akan bisa menghargai ranah “satu bulir pasir dunia” yakni benih yang sangat kecil, inilah makna implisit dari benih.