Kembali ke konten utama
Vitalitas Gotong Royong Penduduk Desa Festival Musim Gugur Chishang
2021-09-20

Wei Wen-hsuan (kiri) adalah pemuda generasi pertama yang kembali ke Chishang. Ia membantu generasi muda baru berikutnya, Frank Lin (kanan) untuk membangun kembali rumah tua. Mereka bekerja sama meluncurkan berbagai layanan dan berbagi dengan para pelanggan.

Wei Wen-hsuan (kiri) adalah pemuda generasi pertama yang kembali ke Chishang. Ia membantu generasi muda baru berikutnya, Frank Lin (kanan) untuk membangun kembali rumah tua. Mereka bekerja sama meluncurkan berbagai layanan dan berbagi dengan para pelanggan.
 

Sebuah desa kecil dengan masalah perpindahan penduduk yang cukup serius, muncul dalam majalah Time tahun 2009. Dalam foto terlihat musisi sedang memainkan piano di tengah sawah berwarna keemasan. Semilir angin sepoi-sepoi bertiup, seiring dengan suara piano yang menggema merdu di antara lembah.

Festival musim gugur di Chishang Taitung, telah genap 11 tahun. Bagi warga setempat, ini bukan sekedar aktivitas kesenian, melainkan sebuah perayaan di kampung halaman mereka. Festival ini juga menjadi kesempatan besar bagi warga Chishang untuk mengatakan kepada warga lainnya, “Saya cinta Chishang”.

 

Penduduk Chishang Bahu Membahu

Pada hari festival berlangsung, para sukarelawan berada di kawasan tempat pergelaran, petugas lalu lintas, tim medis dan stan penjaja suvenir, seluruhnya dikoordinasi oleh warga Chishang. Di depan stasiun kereta api, seorang laki-laki dengan penuh semangat berkata, “Dua hari ini adalah hari besar Chishang!” Seluruh warga Chishang dikerahkan, setiap penduduk desa berdiri di pos masing-masing dan memberikan pelayanan dengan penuh antusias. Para sukarelawan pun langsung memberikan petunjuk arah bagi turis yang terlihat kebingungan.

Setiap tahunnya guna mempersiapkan festival ini, warga Chishang menghabiskan waktu setidaknya 8 bulan, melatih dan membina profesionalitas 300 sukarelawan yang turut bergabung di tim-tim berbeda,  seperti perencanaan, promosi, relasi publik, penyambut tamu dan manajemen tiket. Untuk memenuhi keperluan penataan panggung, para petani harus memanen sebagian padinya lebih awal dan sisanya dipanen setelah perhelatan festival berakhir.

“Warga Chishang sangat kompak, menjadikan segalanya lebih mudah”. Ketua the Chishang Culture and Art Association, Liang Zheng-xian mengenang kembali kekuatan dari kekompakan warga setempat, mungkin sejak tahun 1990-an, ketika Taiwan hendak bergabung dalam WTO. Saat itu, begitu petani mendengar kabar tersebut, kekalutan pun menyelimuti seluruh desa. Mereka pun tidak berniat lagi memasang fasilitas baru yang telah dibeli sejak awal.

Menghadapi tantangan demikian, Liang Zhengxian percaya, daripada berpangku tangan lebih baik menciptakan terobosan guna meningkatkan nilai beras Chishang. Liang Zheng-xian meminta kepada semua orang untuk menggalakkan sistem sertifikasi tempat asal produk beras Chishang dan beralih ke pertanian organik. Awalnya mencoba-coba, para petani pun ikut serta dalam gerakan transformasi tersebut. Setelah empat tahun bekerja keras, akhirnya mereka memperoleh dukungan dari instansi publik dan asosiasi pertanian, untuk meluncurkan sistem label sertifikasi keterangan asal produk.

Semenjak itulah, beras yang ditanam di Chishang memiliki label sertifikasi keterangan asal produk “Beras Chishang”. Setelah merek ini berdiri, kehidupan para petani kian terjamin. Dan dari sinilah, terpupuk semangat revolusioner dan kesadaran komunitas.

 

Vitalitas Kebudayaan Chishang

Sejak petani Chishang kompak bersatu serta berjuang memperoleh label sertifikasi keterangan asal produk, mereka pun kian menghargai dan merawat tanah kampung halaman mereka. Pada tahun 2003, Taipower awalnya berencana untuk mendirikan tiang listrik di samping sawah, tetapi ditentang oleh para petani, dengan alasan dapat merusak ciri khas dan mengganggu proses pertumbuhan padi. Karena kegigihan petani di kala itulah, sebuah sawah yang indah berhasil dipertahankan, dan pada akhirnya terbentuk “Panggung Alam” seperti saat ini.

Ini juga berlaku bagi seni. Setelah berladang, para petani menghabiskan waktu senggang mereka dengan beraktivitas di klub kaligrafi, kelas melukis dan membaca buku, yang merupakan salah satu gaya hidup mereka. Khususnya klub kaligrafi yang memiliki sejarah panjang, yakni berasal dari pertanian Hakka dan Minnan dengan mempelajari kebudayaan serta kehidupan para veteran pasca perang di saat menghabiskan waktu senggang.  “The Kuroshio Calligraphy Society” yang didirikan oleh Xiao Chun-sheng memiliki sejarah lebih dari 20 tahun. Ini menjadi bukti kuat akan vitalitas kecintaan warga Chishang terhadap seni kaligrafi.

Kebudayaan seperti ini telah membuka peluang bagi Chishang untuk menjadi kota budaya dan seni. The Lovely Taiwan Foundation pun berdiri di sini pada tahun 2008 dan tanpa memerlukan waktu lama sudah menemukan cara unuk menjalin kerja sama dengan penduduk desa.

 

Memprioritaskan Warga Lokal, Merencanakan Bersama

The Lovely Taiwan Foundation ingin menjadikan kebudayaan pedesaan sebagai vitalitas fundamental mereka, sehingga semua orang dapat merasakan keindahan alam Taiwan, serta keramahtamahan warga dan kebudayaan yang mendalam. Ketua Pelaksana Lee Ying-ping, yang dari luar pedesaan bergabung dengan yayasan ini menekankan, filosofi mereka sangat sederhana ---- hargailah pilihan hidup penduduk desa, “Kami tidak berpikir ingin membawa apa kemari, sebaliknya kami berkenalan dengan penduduk setempat saat tiba di sini. Setelah menjadi sahabat karib, perlahan-lahan kami mengerti apa yang mereka perlukan dan bantuan apa yang dapat kami berikan.”

The Lovely Taiwan Foundation memutuskan untuk memulai dari aktivitas kecil --- The Picnic & Music Festival, mengundang penduduk desa untuk piknik dan menyaksikan pertunjukkan di tepi Danau Dabo. Festival ini mendapat sambutan baik dari masyarakat, dan ide-ide di baliknya pun memperoleh kepercayaan dari penduduk desa. Saat menikmati sajian makanan, tercetuslah gagasan dari warga setempat, “Sawah kami sangat indah, jika di sana ada pertunjukkan musik pasti akan sangat bagus!” Ketua The Lovely Taiwan Foundation Ko Wen-chang spontan menjawab, “Biarkan kami menangani pertunjukan musik dan kalian menggarap ladang sawah.”

Festival Musim Gugur perdana dimulai pada tahun 2009. Foto pianis Eric Chen yang sedang memainkan piano di tengah sawah pun menghiasi majalah elektronik Time, dan membuat dunia menyaksikan keindahan Chishang. Dalam beberapa tahun berikutnya, U Theatre, Cloud Gate Dance Theater, penyanyi A-Mei dan Wu Bai tampil di atas panggung Chishang. Penampilan mereka menarik banyak orang untuk bertandang ke sini,  mendengarkan kisah-kisah setempat dan menyelami kehidupan Chishang.

 

Profesionalitas yang Turun-Temurun

Guna membuat pengelolaan dan pembangunan di Chishang menjadi berkelanjutan, Ko Wen-chang berharap penduduk setempat mendirikan asosiasi seni mereka sendiri serta menjadi tuan rumah pelaksanaan Festival Musim Gugur. Sementara The Lovely Taiwan Foundation berada di belakang layar memberikan dukungan bagi mereka.

Awalnya, warga Chishang tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengadakan perayaan sebesar itu, tetapi The Lovely Taiwan Foundation terus mendorong warga setempat untuk mengambil langkah pertama, yakni dengan mulai mendirikan organisasi lokal.

Secara bertahap The Lovely Taiwan Foundation pun mengalihkan sumber daya, daftar relasi dan profesionalitas kepada Asosiasi Kesenian Chishang, serta mengembalikan panggung utama ke tangan penduduk setempat. Akhirnya Asosiasi Kesenian Chishang menjadi panitia untuk Festival Musim Gugur pada tahun 2018.

Lee Ying-ping mengenang masa di mana proses serah terima dilangsungkan, reaksi dari penduduk desa sangat-lah jelas. Sembari tertawa ia berkata, “Penduduk desa mengira kami akan pergi!” Namun, The Lovely Taiwan Foundation menjelaskan kepada warga lokal bahwa tugas mereka bukanlah “menyalakan kembang api”, melainkan menanamkan akar di kawasan setempat. Selain mengembalikan hak menggelar kegiatan ke penduduk setempat, kemudian masih harus mendirikan basis, yakni sebuah ruang yang dapat terhubung dengan kawasan lokal. Pada tahun 2014, proyek Desa Seni Chishang dimulai dan Museum Seni Lumbung Chishan pun berdiri pada tahun 2016.

The Lovely Taiwan Foundation mulai mengundang seniman untuk menetap di pedesaan, serta melakukan pertukaran timbal balik dengan penduduk melalui lokakarya dan pameran. Para seniman juga mempresentasikan pendidikan seni di sekolah-sekolah, sehingga siswa dapat berinteraksi dengan gaya dan ide kreatif yang berbeda, dengan demikian dapat membuka cakrawala mereka.

 

Renovasi Rumah Tua, Melestarikan Memori Chishang

Selain Festival Musim Gugur yang digelar setiap tahun, Chishang juga memiliki toko-toko yang penuh dengan cerita. Misal dengan pemuda yang kembali ke desa, dan ada pula perantau yang bermigrasi karena kecintaannya akan Chishang. Semuanya memiliki alasan yang sama, yakni menetap karena tanah Chishang. Mereka giat bekerja untuk menggapai tujuan bersama --- melestarikan kisah tentang Chishang.

Wei Wen-hsuan, pemilik Good Harvest B&B telah genap 16 tahun menetap di Chishang. Ia adalah generasi pertama dari pemuda yang memutuskan untuk pulang. Bersama dengan temannya, ia menciptakan ksatria hitam dan berkeliling dengan mengendarai motor klasik, untuk menjalin komunikasi dengan warga Chishang. Sehingga pemuda yang kembali ke kampung halaman dan para perantau mampu memahami situasi pembangunan warga setempat. Dan setidaknya membuat penduduk lokal mengenali wajah-wajah baru dan membangun jalinan persahabatan antar sesama.

Wei Wen-hsuan mengenang kembali saat membangun kembali rumah tua, banyak orang yang tidak paham. Namun Wei Wen-hsuan merasakan bahwa model bisnis zaman sekarang tidak dapat bergantung pada ketatnya persaingan, hanya untuk bertahan hidup, melainkan harus membuat lahan yang bisa digarap semakin membesar. Ia juga percaya “Kita tidak perlu membangun ruang baru di atas tanah ini, tetapi harus melestarikan rumah-rumah tua yang sarat akan cerita kehidupan.” Dibandingkan dengan kota-kota di sebelahnya, Chishang memiliki keunggulan yang terletak pada kehidupan  artistik. Cerita di balik rumah-rumah tua adalah kunci untuk menghidupkan atmosfer tersebut.

Masalah mata pencaharian bagi generasi muda Chishang dapat teratasi dengan merenovasi rumah-rumah tua atau saling berbagi dengan para pelanggan. Ketika generasi muda memutuskan untuk tetap tinggal, maka permasalahan perawatan lansia dan pendidikan anak-anak mungkin baru dapat terselesaikan, dengan demikian kisah Chishang dapat terus berlanjut.