Kembali ke konten utama
5-Way House di Fengtian, Hualien: Pendidikan Kehidupan di Toko Barang Bekas
2021-11-15

5-Way House membimbing anak-anak untuk belajar melalui detail dalam setiap tugas. Setelah latihan yang tak terhitung jumlahnya, anak-anak dengan percaya diri pergi ke toko-toko untuk mempromosikan kegiatan baru 5-Way House.

5-Way House membimbing anak-anak untuk belajar melalui detail dalam setiap tugas. Setelah latihan yang tak terhitung jumlahnya, anak-anak dengan percaya diri pergi ke toko-toko untuk mempromosikan kegiatan baru 5-Way House.
 

Pada bulan Agustus, bunga rosella tumbuh secara tak diduga di 5-Way House di Desa Fengtian, Hualien. Bibitnya disemai pada bulan Maret tapi tidak tumbuh, tak disangka setelah selang beberapa bulan malah mulai bertunas di pot semai. Vitalitas yang gigih itu bagaikan anak kecil. Pembudidayaan rosella hanya membutuhkan potting soil dengan irigasi yang baik dan pencabutan rumput liar secara rutin, maka akan tumbuh besar dan kuat dengan sendirinya. Sama halnya dengan kepercayaan 5-Way House, manfaatkanlah apa yang dimiliki pedesaan untuk menjalani kehidupan lebih baik bersama anak-anak kita. Biarkan dukungan dan kebersamaan sejak kecil menjadi nutrisi bagi anak-anak ketika mereka menghadapi kesulitan, sehingga anak-anak pedesaan dapat tumbuh dengan indah dalam cara mereka masing-masing.

 

Akhir pekan pukul 9:00 pagi, anak-anak mulai berdatangan ke 5-Way House. Setiap orang sibuk membersihkan lingkungan atau mengatur barang-barang di atas rak sesuai tugas yang diberikan untuk persiapan membuka toko amal barang bekas. Di area kerja, orang dewasa atau anak-anak yang lebih senior membimbing anak-anak kecil dalam menyusun, membuka, meneliti, berdiskusi, melabel harga, dan meletakkan barang ke atas rak. Setiap barang sumbangan bagaikan dunia baru: “Apa ini? Dari mana asalnya? Mengapa empunyanya tidak mau barang sebagus ini? Berapa harga jualnya? Jika terlalu mahal, tidak akan laku; jika terlalu murah, kita akan merasa rugi....”

Dalam prosesnya anak-anak mempelajari huruf baru, cara berekspresi, matematika, ekonomi, dan mengenal cara membedakan antara yang dibutuhkan dan yang diinginkan. Saat berhadapan dengan keragaman karakteristik tamu, mereka harus belajar cara untuk merespons pertanyaan, tawar-menawar atau melayani tamu yang hanya datang untuk melihat-lihat. Anak-anak belajar melalui pengalaman hidup, di tengah canda-tawa dan sorakan yang mengiringi suasana anak bermain, inilah kehidupan sehari-hari di 5-Way House.

 

Awal Mula 5-Way House

Terletak di luar Stasiun Kereta Fengtian di Hualien, 5-Way House adalah sebuah bangunan tua peninggalan zaman pemerintahan Jepang dengan atap limas yang dilapisi dengan daun tebu. Lebih dari 10 tahun lalu, bangunan bobrok ini sempat terancam dibongkar tapi akhirnya dipreservasi karena sarat akan kenangan sejarah. Warga setempat mencari Profesor Ku Yu-chun dari National Dong Hwa University (NDHU) yang telah lama aktif dalam pengembangan komunitas di Hualien, untuk merenovasi ruang tak terpakai ini.

Ku Yu-chun tamat dari Jurusan Sosiologi di National Chung Hsing University (NCHU), dan belajar ilmu pendidikan di Amerika Serikat sebelum pindah ke Hualien untuk menjadi Direktur Pusat Pendidikan Guru di NCHU pada tahun 1995. Belasan tahun telah berlalu, meskipun berhasil mendidik sekelompok guru yang penuh semangat dalam pendidikan pedesaan, nilai hidup mayoritas warga tidak pernah berubah – kaum muda tetap ingin segera meninggalkan daerah pedesaan, hanya kaum lemah tanpa pilihan yang tinggal. Adanya bangunan tua tersebut menawarkan kesempatan untuk membangun sebuah pangkalan yang bisa mengatasi kesulitan dalam sistem sosiologi dan pendidikan, dan mewujudkan pendidikan pedesaan ideal yang bisa membantu kaum lemah. Bersama sekelompok orang dewasa dan anak-anak, Ku Yu-chun merombaknya menjadi sebuah toko amal barang bekas dan menyebutnya sebagai 5-Way House, “五味屋” (Wu Wei Wu) dalam bahasa Mandarin yang secara harafiah berarti “Rumah 5-Rasa”, karena ini bukan tempat untuk mencari profit, tetapi ruang bagi orang-orang untuk saling menjalin hubungan dan bersama mencicipi lima rasa kehidupan – asam, manis, pahit, pedas dan asin.

 

Setiap Anak adalah Karya Seni Pameran

Bagi Ku Yu-chun, 5-Way House adalah tempat pembelajaran yang beragam untuk anak-anak pedesaan, dan “semua pekerjaan di 5-Way House adalah pelajaran bagi anak-anak”. Orang dewasa dan anak-anak bekerja sama untuk memperbaiki dan mengecat dinding. Kalau tidak ada rak pajangan, mereka harus membuatnya sendiri dari kotak kardus dan bagian perabot bekas yang masih utuh saling digabungkan, misalnya lima meja yang rusak bisa dirakit menjadi tiga meja, yang kendati warna kakinya berlainan, tetap masih bisa digunakan.

Dengan bekerja di 5-Way House, anak-anak dapat memperoleh poin yang bisa ditukarkan dengan barang kebutuhan sehari-hari atau kesempatan untuk mengikuti kegiatan, seperti mendaki gunung, mengelilingi pulau dan lainnya. Bagi anak yang ingin belajar bermain gitar, 5-Way House pun mencarikan seorang mahasiswa di Universitas Dong Hwa untuk menjadi guru mereka, dan anak-anak dapat menukar poin dengan kelas gitar. Di sini, anak-anak didorong untuk menemukan impian masing-masing dan menetapkan cara untuk mewujudkannya. 5-Way House percaya, setiap anak harus membangun kemampuan dan keberanian untuk mengejar impian, dan tidak hanya menunggu bantuan dari luar karena dibesarkan di daerah terpencil.

Banyak dari anak-anak yang datang ke 5-Way House berasal dari keluarga kurang harmonis, orang tua bercerai membuat mereka harus hidup berpindah-pindah di antara keluarga dan kerabat, atau pekerjaan dan penghasilan orang tua tidak stabil sehingga tidak bisa menjaga anak dengan baik. Lingkungan sulit ini dapat dilihat dari diri anak-anak ini sendiri, ada yang mungkin kurang termotivasi untuk belajar, atau emosinya sangat tidak stabil dan situasi lainnya sehingga guru harus memberikan perhatian ekstra. Ku Yu-chun menggunakan konsep metafora seorang kurator pameran untuk menggambarkan hubungannya dengan anak-anak ini, “Setiap anak adalah sebuah karya seni. Berdasarkan bentuk dan sifat anak ini, kami mencoba agar mereka dapat dikenali, dipahami dan dihargai kembali. Kami bukan ‘memperbaiki’, juga bukan ‘membentuk’ mereka menjadi sesuatu yang lebih menarik.”

 

Cintailah Orang Tuaku Bersama Saya

Di 5-Way House, bukan hanya anak-anak yang belajar, tetapi orang dewasa dan anak-anak belajar bersama. Kendati orang tua secara objektif adalah panutan yang buruk, anak-anak akan tetap memilih untuk tinggal bersama orang tua mereka jika diberi kesempatan. “Melalui perilaku mereka, anak-anak terus-menerus mengungkapkan gagasan bahwa tak peduli apa yang dipikirkan guru tentang orang tua saya, saya akan selalu mencintai mereka,” kata Ku Yu-chun.

Untuk itu, Ku Yu-chun melepaskan fiksasinya bahwa orang tua harus menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, dan mulai menjalin hubungan baru dengan para orang tua yang tidak memenuhi harapan masyarakat ini dengan mengundang mereka mengikuti kegiatan di 5-Way House. Banyak orang tua masih malu-malu saat pertama diundang, tapi Ku Yu-chun selalu menemukan alasan bagi mereka untuk tidak merasa canggung, misalnya memintanya mengganti bohlam lampu atau mencari kesempatan interaksi lain dengan anak, bahkan berusaha menciptakan peluang kerja lokal, sehingga orang tua tidak usah lagi terpaksa mencari pekerjaan di tempat lain, dan anak-anak dapat tinggal bersama kedua orang tuanya.

Pada hari wawancara, ada seorang anak bandel bermain alat cukur sampai rambut salah satu sudut kepalanya terpotong, ia sedang khawatir akan dimaki oleh kakek berusia lanjut yang pemarah dan sangat konvensional, mungkin akan menimbulkan omelan dan pukulan. Menghadapi krisis ini, 5-Way House tidak berusaha membujuk orang tua untuk tidak memarahi anak, melainkan mengutus petugas pulang bersama anak tersebut, mendampingi mereka selama dimarahi dan dihukum berdiri, menemani mereka menghadapi orang tua yang sedang emosi dalam kondisi terburuk, agar anak menggunakan kesempatan ini untuk berintrospeksi. Di depan anak, tidak membantah tindakan orang tua, tidak membiarkan anak dalam posisi terjepit di tengah, inilah kelembutan unik yang dimiliki orang dewasa di 5-Way House.

 

Kehangatan dari Desa

5-Way House bertumbuh kuat dalam sepuluh tahun terakhir, tidak hanya bisnis toko bekas yang bertahan dan cukup stabil, tetapi juga telah melahirkan beberapa bisnis cabang. Di seberang jalan, ada toko pakaian bekas Feng Yi-shi dan kios jajan Food, di belakangnya bisa ditemukan Jian Xing Workshop, sebuah ruangan seluas 400 meter persegi yang merupakan bengkel untuk membuat kerajinan kayu bagi anak-anak, juga tempat diadakannya berbagai acara penjualan khusus. Masih ada lagi yang terpencar di lokasi lain di komunitas, termasuk Taman Rosella, Rumah Impian di mana anak-anak dapat bersama-sama memasak makanan dan mengerjakan pekerjaan rumah di malam hari, sebuah toko buku bekas yang disebut 5-Way Bookstore, dan dua homestay amal yakni Grandma's House dan Feng Tian Hostel.

Tempat-tempat ini disebut sebagai bisnis cabang karena mereka bukan bagian dari rencana awal 5-Way House, melainkan dukungan dari penduduk setempat yang menawarkan ruang kosong untuk digunakan, mereka bahkan tidak memungut biaya sewa. Tanpa pertimbangan komersial, 5-Way House pun membuat inventarisasi kebutuhan dan sumber daya, yang kemudian diwujudkan melalui kreativitas anak-anak dalam mendekorasi, sehingga setiap ruang dipenuhi jejak langkah belajar anak-anak. Pada  bulan Agustus tahun ini, 5-Way House membuka sebuah tempat baru, yaitu di dalam bangunan dinding spandek yang difungsikan  menjadi ruangan bioskop untuk dinikmati bersama komunitas. Film dapat ditayangkan di sini sebagai bagian dari pendidikan senior untuk para tetua komunitas, dan mungkin mahasiswa Asia Tenggara dari NDHU dapat diundang untuk memilih film bagi pekerja migran dan imigran baru, membawa teman-teman dari berbagai pelosok Asia Tenggara untuk menonton bersama.

 

Kampung Halaman yang Didekorasi Anak-anak

5-Way House telah menjadi semakin terkenal dalam beberapa tahun terakhir, sering ada kunjungan berbagai rombongan dari dalam dan luar negeri. Petugas pertama-tama akan memahami tujuan dan harapan pengunjung, kemudian merancang konten perjalanan bersama anak-anak. Pada hari kunjungan, anak-anak akan membagi pekerjaan, ada yang menjadi pemandu dan beberapa akan bertanggung jawab untuk memeriahkan suasana. Menyaksikan ekspresi anak-anak perkotaan yang terkejut saat berinteraksi dengan alam, membuat anak-anak 5-Way House pun semakin yakin dan percaya diri akan kampung halaman yang tersirat dalam ekspresi wajah mereka.

Semua urusan di 5-Way House ditangani dengan sikap fleksibel setiap harinya, disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak saat mereka tumbuh menjadi kuat dan kokoh. Cara inilah yang diadopsi Ku Yu-chun serupa dengan metode pertanian alami untuk merawat tanaman rosella, “Saat ini kita seolah-olah telah meletakkan fondasi, menyiapkan tanah dan melihat apa yang dapat ditanam. Bagi setiap anak, kita juga berharap mereka dapat tumbuh dengan cara yang unik dan menarik menurut bawaan masing-masing.”