Kembali ke konten utama
Angkat Semangat Taiwan Atlet Angkat Berat Peraih Medali Emas: Kuo Hsing-chun
2022-02-14

Perayaan hari nasional diisi dengan parade “OUR HEROES!” untuk menyambut pahlawan olah raga Taiwan. Lifter Kuo Hsing-chun memimpin terdepan, mendapat sambutan meriah dari masyarakat.

Perayaan hari nasional diisi dengan parade “OUR HEROES!” untuk menyambut pahlawan olah raga Taiwan. Lifter Kuo Hsing-chun memimpin terdepan, mendapat sambutan meriah dari masyarakat.
 

Di atas panggung pertandingan Olimpiade Tokyo, Kuo Hsing-chun berhasil mencetak rekor 133 kilogram untuk angkatan clean and jerk, 103 kilogram untuk angkatan snatch, maka dapat dipastikan impian medali emas Olimpiade Tokyo 2020 tercapai, selanjutnya ia masih berkesempatan mengangkat clean and jerk sekali lagi.

Kuo Hsing-chun mengatakan, “Saya selalu memikirkan 141 (kilogram)!” mengharapkan agar dalam pertandingan Olimpiade, dirinya mampu memecahkan rekor dunia angkatan beban 140 kg untuk clean and jerk yang dicetaknya sendiri. Setelah kru kerja mempersiapkan beban barbel hingga 141 kg, terlebih dahulu ia memberi tanda hormat kepada dewan juri, “Aue!” satu teriakan penyemangat diri keluar dari mulutnya! Kedua tangannya mengenggam batang barbel dengan baik, ia berusaha mengangkat barbel seberat 141 kg ke atas pundaknya, tetapi ia gagal, terjatuh dan berguling di lantai. Akan tetapi ia masih mengacungkan jempolnya menunjukkan “mantap” kepada dewan juri dan menebarkan senyuman lebar.

Dari hari ke hari menjalani pelatihan yang keras, ia tetap konsisten dengan niat menggapai targetnya. Saat mendapatkan medali emas, ia berdiri tegap menyaksikan bendera Olimpiade Taiwan secara perlahan-lahan dikibarkan bersamaan dengan diputarkannya lagu bendera nasional Republik Tiongkok, agar dunia mengakui kehebatan kekuatan cabang olah raga angkat besi Taiwan. Kuo Hsing-chun dengan mata berkaca-kaca berkata, “Saya terlalu gembira, tangan saya gemetar mengalungkan medali emas ke leher sendiri” . Kemenangannya memberikan keharuan yang luar biasa bagi Taiwan.

 

Pusat Pelatihan Olahraga Nasional Distrik Zuoying, Kaoshiung pada hari Minggu tidak seramai waktu pelatihan hari biasa. Terlihat di depan mata seorang wanita berambut panjang sebahu dengan postur tubuh langsing, ia adalah Kuo Hsing-chun yang tampil menakjubkan di ajang pertandingan Olimpiade Tokyo, atlet super kuat peraih medali emas angkat berat.

Sebagai lifter kelas 59 kg pemegang rekor dunia untuk angkatan snatch, clean and jerk serta gabungan, Kuo Hsing-chun telah meraih medali emas berkali-kali pada pertandingan Asian Games, Universiade dan Kejuaraan Dunia Angkat Besi, ia berhasil memecahkan rekor dunia 10 kali dalam kurun waktu 5 tahun. Keberhasilan raihan medali emas untuk pertandingan Olimpiade Tokyo 2020 membuat karirnya dalam perjalanan angkat berat semakin sempurna.

 

Menari Bersama Barbel

Tahun ini (2021) jumlah raihan medali yang diperoleh Taiwan untuk pertandingan Olimpiade Tokyo adalah total dari tiga kali kemenangan Olimpiade masa lalu. Atas prestasi gemilang ini, pelatih umum tim nasional cabang olah raga angkat berat yang memiliki banyak pengalaman dalam berkompetisi di ajang pertandingan internasional, Lin Geng-neng beranggapan, bagi atlet Taiwan tidak menghadapi masalah jet lag di Jepang, di bawah situasi epidemi COVID-19, seperti Kuo Hsing-chun sangat ekstra hati-hati, di kampung atlet saat makan langsung membawa makanan ke kamar sendiri. Tahun ini atlet dunia sangat mengapresiasi Jepang yang mampu menata pertandingan Olimpiade secara tertib dan sistematis, menyediakan panggung bagi atlet untuk berkarya. Kuo Hsing-chun yang pernah bertanding di lebih dari 20 negara sangat menyukai Jepang, ia berkata, “Karena saya sangat suka mi soba.”

Berbeda dengan pertandingan masa lalu, di mana Kuo Hsing-chun berupaya semaksimal mungkin dan terlihat sangat tegang, kini mengamati penampilannya saat pertandingan Olimpiade Tokyo, secara khusus ia mengenakan anting-anting dan gelang yang indah naik ke atas panggung, gerakan lincah dan indah mengangkat beban dengan lancar, menggapai ranah “menari bersama barbel” .

Kuo Hsing-chun yang berusia 28 tahun mulai mengeluti angkat berat sejak SMP kelas satu, ia mendapat pelatihan selama satu bulan di Sekolah Menengah Pertama Bau Sun di Kabupaten Taitung (Taitung County Bau Sun Junior High School) lalu ia mengikuti pertandingan nasional dan memetik juara peringkat keenam. 

Pelatih angkat berat pertama Kuo Hsing-chun, Lin Shang-yi setelah bertahun-tahun mengajarinya mengungkapkan, sebelum Kuo Hsing-chun mengikuti pertandingan apapun, ia menemukan kemampuannya dalam cabang olahraga atletik sangat eksplosif, bisa bermain basket dengan baik, menunjukkan kegesitan dan keseimbangannya, “Ia adalah lifter berbakat sejak lahir!”

 

10 Tahun Latihan Demi 10 Detik di Atas Panggung

Masa SMA, Kuo Hsin-chung sekolah di Affiliated Physical Education Senior High School of National Taitung University, di masa itulah ia bertemu dengan pelatih timnas angkat berat Lin Geng-neng, yang hingga kini telah membimbing Kuo Hsing-chun bertanding di ajang kompetisi internasional selama belasan tahun. Setelah masa pelatihan berjalan dua setengah tahun yakni pada tahun 2013, Kuo Hsing-chun ikut berkompetisi dalam Kejuaraan Asia, Universiade, Pesta Olahraga Asia Timur dan Kejuaraan Dunia Angkat Besi dan ia berhasil meraih empat medali emas dari empat kejuaraan. Terutama Kejuaraan Dunia Angkat Besi adalah pencapaian penting karena pertama kali merebut medali emas dunia, juga menjadi kebanggaan Taiwan selang 14 tahun.

Medali-medali yang berkilau ini adalah hasil dari kepatuhan Kuo Hsin-chun pada bimbingan dari pelatih, serta kerja keras dan swa-disiplin yang ditaatinya.

Lin Geng-neng yang sering bertukar pandangan dengan pelatih jagoan dunia, memiliki banyak nasihat bagi atlet hingga bisa menerbitkan satu buku. Ia mengatakan, “Kesuksesan bukan mukjizat melainkan akumulasi kerja keras.” Para atlet bangun jam 6:00 setiap pagi, pukul 6:30 mulai melakukan latihan senam pagi selama 1,5 jam, selanjutnya belajar, berlatih, istirahat, pulang ke rumah setahun sekali, selebihnya waktu digunakan berlatih. Menurutnya, “Lawan adalah tangan lain yang membantu kesuksesanmu, maka harus lebih kuat dari lawan.” Para atlet tidak mendapat libur pada akhir pekan, bahkan untuk Kuo Hsing-chun yang pernah meraih medali emas di ajang pertandingan Olimpiade juga demikian, pada hari libur tetap berlatih di Pusat Pelatihan Olahraga Nasional.

Lin Geng-neng selalu menanamkan kepadanya, “Seperti rasa makanan yang pahit tetapi bergizi, semakin mampu mengasup makanan pahit maka asupan gizi semakin terserap!” Sejak SMA kelas satu, ia menerapkan beberapa larangan dengan ketat kepada Kuo Hsing-chun seperti tidak boleh berpacaran, tidak sembarang minum minuman, “Berat badan tidak boleh bertambah, yang selalu bertambah hanya pelat barbel.”

Kuo Hsing-chun berkata sembari tertawa, “Awalnya masih bisa curi-curi makan, tetapi lambat laun sudah terbiasa, tidak ada lagi nafsu terhadap makanan.” Semula berpikiran setelah berusia 25 tahun boleh berpacaran, akan tetapi demi pertandingan, larangan berpacaran diperpanjang secara otomatis setiap tahunnya. Sebenarnya tahun lalu larangan ini sudah dicabut, akan tetapi demi pertandingan Olimpiade, Kuo Hsing-chun masih tetap konsentrasi pada persiapan latihan dan tidak memikirkan hal yang lain.

 

Mengubah Ketidakberdayaan Menjadi Kekuatan

Pada tahun 2014, saat Kuo Hsing-chun menjalani pelatihan karena tidak hati-hati barbel seberat 141 kg menimpa paha kanannya, menyebabkan 70% ototnya cedera dan terputus. Ia rajin menjalani terapi, melalui masa penyembuhan selama empat bulan, kemudian ikut berkompetisi di pertandingan Asian Games Incheon 2014, bahkan berhasil meraih juara keempat.

Kuo Hsing-chun mendeskripsikan dirinya setelah cedera, malah bersikap lebih optimistis, ketika menghadapi tekanan, membuat pikiran dan perasaannya mudah berubah. Ia mengatakan, “Saya merasa sangat beruntung, bagian lutut tidak cedera, tidak melukai hingga bagian tendon.”

Sebenarnya, saat kecelakaan terjadi, Kuo Hsing-chun merasa kakinya tidak dapat bergerak, merasa kedinginan dan sakit sambil menunggu ambulans datang, “dalam hatinya muncul beragam drama kecil”. Penantian mobil ambulans yang lama dan ketidakberdayaan yang ia rasakan berubah menjadi kekuatan, maka ia menggunakan hadiah uang dari kompetisi yang dimenangi untuk membeli mobil ambulans bernilai hampir NT$ 2 juta untuk disumbangkan pada rumah sakit St. Camilus Magong di Penghu, agar dapat membantu akses pengantaran pasien ke rumah sakit di luar pulau di Taiwan, berharap dapat meminimalkan kejadian yang tidak diinginkan.

Kuo Hsing-chun mendapat rekomendasi dari Wakil Direktur Jenderal Direktorat Olahraga pada masa itu, Peng Tai-lin yang memperkenalkan perintis Heart Transformation Center di Rumah Sakit Chang Gung, Profesor Yang Ding-i. Sebelum berangkat mengikuti pertandingan Olimpiade Rio 2016, Yang Ding-i memberikan nasihat kepadanya untuk saling berbagi, bersyukur maka semuanya akan berjalan dengan baik.

Dalam memenangkan pertandingan kali ini, Kuo Hsing-chun mengatakan, “Pada waktu itu saya masih belum dapat memahami perkataan tersebut, tetapi sepanjang perjalanan ini, perkataan “semuanya akan berjalan dengan baik” bagi saya, ini adalah kekuatan yang sangat besar, kalimat ini menjadi definisi terbaik untuk perjalanan karir angkat berat saya.”
 

Kuo Hsing-chun berharap agar semakin banyak orang memahami bahwa angkat berat tidak sekedar olahraga yang memerlukan tenaga semata.

Kuo Hsing-chun berharap agar semakin banyak orang memahami bahwa angkat berat tidak sekedar olahraga yang memerlukan tenaga semata.
 

Karena Taiwan Bisa Angkat Saya!

Raihan medali perunggu di Olimpiade Rio 2016, bagi guru dan murid yang telah bertekad meraih medali emas maka hasil ini adalah kemunduran terbesar dalam sejarah perjalanan karir.

Sekembalinya ke Taiwan, Kuo Hsing-chun mulai berlatih lagi. Demi persiapan pertandingan Universiade 2017, Kuo Hsing-chun dengan suara lembutnya mengenang, “Untung saja ada kakak senior Hung Wan-ting ikut berlatih bersama, jika ia mampu menambah satu kg maka saya juga mampu menambah beban satu kg, dalam situasi saling bersaing dan saling menemani bisa dibilang kami menikmati dan ketagihan untuk berlatih!” Meskipun mereka berdua merasa tekanan berat dan lelah berlatih, saat makan sambil menangis, tetapi mereka saling mendukung, seketika tangisan berubah menjadi canda tawa terbahak-bahak!

Mengikuti kompetisi dalam ajang Universiade 2017 yang digelar di Taiwan, Kuo Hsing-chun mencetak angkatan clean and jerk 142 kg mencatat rekor dunia, saat konferensi pers ia berkata sambil tersedak, “Saya percaya ini berkat bantuan dari semua masyakarat Taiwan hingga saya mampu angkat beban ini!” Bahkan pelatih Lin Geng-neng juga memujinya, “Hsing-chun adalah atlet pertama di tanah air Taiwan ini yang berhasil memecah rekor dunia dalam atletik kelas berat” .

 

Tak Terkalahkan,Tak Tertaklukkan

Dalam angkat berat, seiring dengan beban yang bertambah maka tingkat kesulitan juga bertambah, risiko cedera atlet pun semakin tinggi. Pelatih umum Lin Geng-neng pada lima tahun yang lalu mengadopsi analisa barbell trajectory dan sistem pelacakan yang dikembangkan oleh mantan Ketua Pelaksana Pusat Pelatihan Olahraga Nasional, Ho Wei-hua, yang diterapkan dalam latihan harian untuk mengoreksi gerakan atlet dan menambah tingkat presisi dalam cabang olah raga angkat berat.

Pada tahun 2019, mendapat dukungan program emas dari Kementerian Pendidikan, dilengkapi keikutsertaan pelatih fisik Cheng Yu-erh dan fisioterapis Chou Yi-lun dalam pelatihan Kuo Hsing-chun membentuk “Tim Emas”. Anggota tim berinterkasi dari pagi hingga malam, bekerja keras tanpa menyerah, sabar dalam menghadapi kegagalan dan gigih untuk berlatih lagi, sungguh mengagumkan bahkan mereka menyebutnya sebagai “wanita gila”.

Setelah kekalahan dari Olimpiade Rio, sikap dan ambisi Kuo Hsing-chun terhadap pencapaian medali berubah, ia berkonsentasi penuh dan menetapkan target capaian kilogram untuk angkatan snatch dan clean and jerk. Dalam belasan pertandingan yang diikuti sejak Kejuaraan Asia cabang olah raga angkat berat 2017 hingga Olimpiade Tokyo 2020, ia tampil dengan luar biasa dan tak terkalahkan.

 

Layaknya Seorang Dewi

Apakah pernah terpikirkan untuk berhenti angkat berat? Ia menggeleng-geleng kepalanya, sambil tertawa dan berkata, “Jujur saja, saya benar-benar tidak punya pikiran demikian, tidak ada alasan untuk berhenti angkat berat.”

Ibu Kuo Hsing-chun melahirkannya di luar nikah pada usia 18 tahun. Ia dibesarkan oleh nenek (dari pihak ibu), ibunya bekerja serabutan, bahkan hingga saat ini dia hanya satu kali saja bertemu dengan ayahnya. Kuo Hsing-chun beranggapan, dengan berolahraga ia dapat mengalihkan konsentrasinya dan tidak terpengaruh dengan kondisi bawaan yang menyedihkan.

Kuo Hsing-chun yang berbudi baik selalu ingat dengan tutur kata yang diucapkan oleh pelatih pertamanya Lin Shang-yi bahwa, “Jika kamu baik maka semuanya akan baik” . Masa lalu ia merasakan, banyak tekanan diemban di pundak pelatih, “Maka saya berharap saya baik, agar pelatih tidak lagi memiliki beban berat.” Kini dirinya merasa, selain sering berbuat amal dan menyumbangkan hadiah uang yang dimenangkan untuk Rumah Sakit Saint Mary's di Taitung serta Yayasan Kesejahteraan Sosial Genesis (Genesis Social Welfare Foundation), ia juga berharap kisah hidupnya bisa memberi kekuatan bagi orang lain.

Mengenai dirinya, kini sedang mempersiapkan Asian Games tahun depan, berikutnya adalah persiapan pertandingan Olimpiade Paris, “Tidak berharap rekor yang telah dicatatnya dipecahkan orang lain karena dirinya masih mampu mencatat rekor lagi.” Mari harapkan Kuo Hsing-chun dengan motto “jika kamu baik maka semuanya akan baik” dapat terus melanjutkan kekuatan angkat berat dan  memberi pengaruh energi positif bagi Taiwan.

 

MORE

Angkat Semangat Taiwan Atlet Angkat Berat Peraih Medali Emas: Kuo Hsing-chun