Kembali ke konten utama
Petenis Meja Santun Lin Yun-ju Berbicara Melalui Bet Ping Pong
2022-03-14

Lin Yun-ju

 

Lin Yun-ju melejit pamornya dalam usia 20 tahun setelah bersama mitra meraih medali perunggu untuk Taiwan dalam ganda campuran tenis meja Olimpiade Tokyo. Sebelumnya, tidak banyak yang tahu bahwa petenis meja generasi baru Taiwan ini telah berkiprah selama 10 tahun lebih dalam dunia pertenismejaan. Pertandingan di Olimpiade Tokyo ini bagi Lin Yun-ju hanyalah salah satu batu loncatan dalam kariernya sebagai atlet ke jenjang yang lebih tinggi.

 

Musim panas ini, Lin Yun-ju membuat seluruh warga Taiwan terbenam dalam kebahagiaan atas kemenangannya di Olimpiade Tokyo, ini bagaikan sebuah titik balik, karena sebelumnya popularitas Lin Yun-ju hanya terbatas pada status pemain tenis meja terbaik, tapi sekarang ia menjadi bintang atlet terkenal yang memukau dunia. 

Lalu, ketika kita mengamati pemuda pemalu dan tidak banyak berbicara di tayangan layar media elektronik ini, begitu pula di arena Pertandingan Nasional pasca Olimpiade Tokyo, tapi sikapnya di medan pertandingan selalu penuh percaya diri; ataupun ketika diwawancarai di sela pertandingan, ketika ia ditanyai pertandingan legendarisnya dengan petenis kelas dunia Fan Zhendong yang menakjubkan itu, sinar matanya berbinar seolah-olah masih terlena dalam nuansa pertandingan di saat itu, Lin Yun-ju yang biasanya tidak banyak bicara, mulai bercerita panjang lebar akan kesannya saat itu “Dalam pertandingan itu saya memasuki keadaan ‘zone’.”

Dalam ilmu psikologi “zone” itu juga berarti “flow”, suatu nuansa yang beredar dalam lingkungan kalangan atlet kelas atas. Konon, jika seorang atlet memasuki keadaan “zone”, ia akan merasakan perguliran waktu yaitu flow menjadi terhenti, hal ini tidak hanya membuat sekujur tubuhnya terbuai, prestasinya pun juga akan mencapai titik maksimal.

Tampaknya, Lin Yun-ju bisa lebih menonjolkan kepiawaiannya ketika memegang bet di meja ping pong daripada menjadi tokoh masyarakat yang disorot.

 

Petenis Meja Remaja Ajaib

Lin Yun-ju berhasil mencetak prestasi gemilang untuk Taiwan di Olimpiade, sekarang ia menduduki peringkat dunia no.5, walaupun usianya masih belia, tetapi pengalamannya sudah sangat spektakuler. Dulu, ia telah berkali-kali mengalahkan atlet-atlet kaliber dunia tingkat atas, seperti Fan Zhendong dan Ma Long dari Tiongkok, Timo Boll dan Dimitrij Ovtcharov dari Jerman. Berkat sikap penampilannya yang tenang, Lin Yun-ju mendapatkan julukan “pembunuh diam” dari media asing.  

Kalau kita telusuri perjalanan karier tenis meja Lin Yun-ju, ia tidak seperti atlet lainnya yang mayoritas mulai berlatih sejak berusia 4-5 tahun, Lin baru menekuni olahraga tenis meja pada masa kelas 3 SD, boleh dikata unggulan andal baru dalam usia besar. Kisah Lin Yun-ju berkenalan dengan tenis meja berawal dari kamp rekreasi olahraga bola yang diselenggarakan National Ilan University, tempat ayahnya mengajar, dari sana ia mulai mengenal beberapa jenis olahraga, mengingat waktu itu Lin Yun-ju masih kecil, olahraga tenis meja yang tidak banyak menuntut persyaratan fisik, menarik perhatiannya karena bidang olah raga lainnya seperti bola basket dan bulu tangkis membutuhkan tinggi badan tertentu dan stamina yang kuat.

Bakat Lin Yun-ju semakin tergali setelah ia menekuni tenis meja, beberapa pelatih memujinya sangat berbakat, selain pergerakan cepat, ia berotak cemerlang, apalagi kegesitannya mengikuti bola adalah nomor satu. Pelatihnya di masa SD, Lai Rui Xiong mengingat kembali masa lalu Lin Yun-ju yang mendapatkan bet berkualitas buruk, setelah bermain sejenak, ia secara inisiatif memberitahukan kepada pelatih bahwa betnya kurang beres, ketika pelatih mengelupasi lapisan karet bet, ternyata sudah ada keretakan di dalamnya.

Setelah setahun lebih, Lin Yun-ju mengalami kemajuan pesat, berturut-turut meraih juara satu nomor tunggal di pelbagai pertandingan dalam negeri, prestasi unggul ini mendasari jalan karier dunia profesionalnya di masa depan. Sampai di usia 14 tahun, ia resmi mewakili Taiwan bertanding dalam kejuaraan tenis meja dunia, bersamaan dengan itu, ia juga memecahkan rekor sebagai atlet nasional termuda.

 

Memulai dari Bakat, Meraih Sukses dengan Upaya Keras.

Meskipun masyarakat menjuluki Lin Yun-ju petenis meja ajaib, bahkan ia dikatakan sebagai “Atlet Taiwan paling kuat selama 2 dasawarsa”, “Orang hebat dalam 100 tahun”, tapi yang jarang diketahui umum adalah upaya keras Lin Yun-ju dalam perjalanan kariernya lebih besar berkali lipat daripada orang lain.

Slogan iklan Lin Yun-ju pada tahun 2020 “Waktu istirahatku satu-satunya adalah hari pertandinganku”. Slogan iklan ini sempat viral pasca olimpiade Tokyo, Lin Yun-ju sendiri menertawakan kalimat tersebut “terlalu berlebihan”, sebab seorang atlet tentu membutuhkan waktu cukup untuk bersantai, tapi secara keseluruhan, waktunya untuk beristirahat memang sangat sedikit.

Pada umumnya, pagi hari adalah waktu utama untuk berlatih, dimulai dari pukul 9 sampai dengan pukul 1 siang, diselingi dengan waktu makan, istirahat siang, lalu mulai berlatih lagi dari pukul 3 sore hingga pukul 8 malam. Waktu malam hari tidak diluputkan untuk latihan fisik. Latihan yang begitu ketat dan padat, membuat terapis fisiknya bernama Wu Jian-liang yang menyertainya seharian merasa tidak tahan, “Setiap hari kami selalu pulang dan sampai di rumah menjelang pukul 11 malam.”

Untuk mengantisipasi latihan porsi luar biasa seperti ini, satu pelatih pendamping tidaklah cukup, biasanya atlet hanya membutuhkan satu pendamping saja, tetapi tim Lin Yun-ju didampingi dua orang pelatih, agar bisa saling bergantian. Pelatih pendamping bernama Huang Yu-jen mengatakan, sebagai seorang atlet profesional, rasa tanggung jawab Lin Yun-ju besar sekali, ia berpendirian sangat tegas, “Sikapnya tidak seperti anak muda pada umumnya, yang mengedepankan waktu istirahat, tapi ia menitikberatkan pada pelatihan, di antara kalangan atlet seusia, Lin termasuk seorang atlet yang tidak takut lelah.” Namun, olahraga tenis meja yang menuntut teknik permainan, jika ingin berada di peringkat teratas, latihan keras saja tidak cukup, selain teknik dan kemampuan fisik, taktik permainan juga menentukan kalah menangnya suatu pertandingan. Sedangkan Lin Yun-ju yang sejak kecil dipuji-puji pelatih memiliki otak cemerlang dan gesit, juga merupakan seorang atlet yang penuh kecerdasan.

Seorang pelatih pendamping satunya lagi Yang Heng-wei, yang juga seorang atlet nasional tenis meja, setiap hari mendampingi Lin Yun-ju berlatih, baginya meraih keuntungan bisa belajar “menganalisa setiap pukulan bola ping pong dengan pemikiran otak”, dan tidak hanya “membabi-buta” berlatih tanpa target.

 

Karisma Seorang Jagoan Berbagi Kemenangan

Lin Yun-ju disukai oleh para penggemarnya karena citranya yang  sangat santun. Sebuah kalimatnya menjadi viral ketika ia menjawab pertanyaan wartawan sesaat usai pertandingan 4 besar nomor tunggal putra di Olimpiade Tokyo, Lin Yun-ju ditanyai wartawan bagaimana kesannya terhadap rivalnya, Fan Zhendong, jawabnya “Apakah saya berhak mengomentari dia?” Sikap merendah ini telah memenangkan rasa simpati mutlak bagi Lin Yun-ju, sedangkan di Taiwan, ia bahkan oleh para penggemarnya dijuluki sebagai “teman kelas si kecil Lin”, “cucu kesayangan rakyat”.

Kecuali mendapat undangan untuk menghadiri beberapa kegiatan umum, Lin Yun-ju tidak terlalu memedulikan citranya sebagai tokoh masyarakat, dia jarang mengunggah tulisan di Facebook, bahkan foto di Instagramnya pun hanya beberapa saja. Sikap kedua orangtuanya yang juga rendah hati adalah sosok pahlawan di balik layar yang tidak perlu diragukan lagi. Ayah Lin Yun-ju, yakni Lin Xue-yi adalah seorang profesor di Jurusan Industri Hiburan dan Promosi Kesehatan, National Ilan University. Lin Xue-yi yang sangat paham dengan kondisi sektor olahraga dalam negeri tersebut pernah menyampaikan harapannya dalam sebuah wawancara di masa lampau. Ia menuturkan, agar masyarakat bisa lebih memperhatikan pemain awal selain atlet berkaliber tinggi, atau tim yang berada di belakang atlet tersebut.

Lin Xue-yi sering berkelakar mengatai dirinya adalah “pelayan” yang mendampingi Lin Yun-ju, juga dengan rendah hati mengatakan, “Di masa kecilnya, kamilah sebagai (orang tua) mendampinginya, sekarang ia sudah menjadi atlet profesional, digantikan oleh sekelompok orang yang menyertainya, yang berbagi kemenangannya, agar kariernya bisa berjalan lebih jauh lagi.” Hubungan kekeluargaan yang penuh pengertian dan cinta kasih, tentu saja memengaruhi karakter Lin Yun-ju.

Dari para anggota tim yang setiap hari mendampingi Lin Yun-ju, kami mengetahui citra kepribadian Lin Yun-ju di mulut mereka tidak banyak berbeda dengan kesan yang dilihat publik, termasuk kesan seperti “sifat mudah bergaul”, “walau menjadi atlet no.1 di Taiwan, tetapi sama sekali tidak sombong”, “bergaul dengannya seperti teman akrab tanpa ada tekanan”, bahkan “Lin dianggap sangat memperhatikan anggota tim” dan “sering mentraktir mereka” serta julukan lainnya.

Dalam Kitab Lun Yu (Analekta Konfusius), terdapat sebuah kalimat: “Sifat lugas hendaknya seimbang dengan sikap keramah-tamahan agar menjadi orang yang santun”. Pengertian ini sangat cocok untuk dipakai melukiskan seorang atlet, ketika kita menonton pertandingan sengit dalam pesta olimpiade, dari jenis olahraga apapun, atlet negara manapun, begitu mereka terjun ke arena pertandingan, maka mereka sepatutnya menjadi jagoan, tetapi untuk menjadi atlet yang bisa mengentaskan sosoknya keluar dari batasan jenis negara dan bangsa serta berhasil memukau masyarakat dunia, ini bukan kemenangan sesaat saja, melainkan karena penampilannya selama berkiprah dalam arena pertandingan. Semangat dan sikap yang berimbang dengan teknik permainan Lin Yun-ju, bagaikan perumpamaan kalimat tadi, ia seperti orang santun yang memukau penonton dengan kecemerlangannya.

 

MORE

Petenis Meja Santun Lin Yun-ju Berbicara Melalui Bet Ping Pong