Kembali ke konten utama
Keindahan Panorama Nanhui Perjalanan Wisata Santai Kereta Api
2022-02-28

Banyak pencinta kereta api merasa tidak rela meninggalkan lokomotif diesel kereta api R100. Meskipun kereta api ini tidak dapat bergerak cepat, tetapi ia telah membawa Anda dalam wisata santai.

Banyak pencinta kereta api merasa tidak rela meninggalkan lokomotif diesel kereta api R100. Meskipun kereta api ini tidak dapat bergerak cepat, tetapi ia telah membawa Anda dalam wisata santai.
 

Menanti kereta melintasi Sungai Jiajinlin di Desa Dawu – Kabupaten Taitung, mengabadikan pemandangan dengan latar belakang Samudera Pasifik, bagaikan berjalan di atas laut. Atau menunggu untuk mengabadikan panorama kereta dan lautan serta langit di stasiun kereta api Douliang – Desa Taimali. Sepanjang tahun lalu (tahun 2020) para pencinta kereta api menuju ke jalur Nanhui (South Link) Pingtung - Taitung, bergegas mengabadikan pemandangan sebelum tiang-tiang listrik mewarnai elektrifikasi jalur kereta.

 

Dibukanya jalur kereta pada tahun 1991, yang merupakan segmen terakhir dari seluruh jalur kereta mengelilingi Pulau Taiwan. Tahun ini (tahun 2021) jalur kereta api Taiwan ini genap berusia 30 tahun, Perusahaan Kereta Api (Taiwan Railway Administration/TRA) telah menyelesaikan elektrifikasi seluruh jalur Nanhui di tahun kemarin. Sejak saat itu, lalu lintas dari dan ke selatan menjadi lebih cepat, tetapi selain elektrifikasi dan tingkat kecepatan, jalur Nanhui tidak saja sebagai sebuah jalur lalu lintas melainkan juga menyimpan banyak kisah cerita dan pemandangan menarik, sebuah jalur untuk “melihat Taiwan dari sisi yang berbeda”.

 

Teknik yang Tersulit

“Jalur Nanhui terlihat seperti tanda centang, seperti logo Nike.” Demikian perumpamaan dari Hsiao Chu-chen, sutradara yang membuat film dokumenter “Staf Jalur Kereta Nanhui”. Mulai dari Fangliao hingga ke Pingtung, perjalanan naik turun dan berliku di jalur sepanjang hampir 100 km ini sebelum mencapai ujungnya yaitu Taitung.

Perencanaan dan pembangunan utama sistem jalur kereta Taiwan dilakukan oleh orang Jepang, dan kebanyakan telah selesai dibangun sebelum perang dunia kedua, hanya tersisa 2 bagian yang belum terselesaikan yaitu jalur balik ke utara jalur Beihui (SuAo - Hualian) dan jalur balik selatan jalur Nanhui (Fangliao – Taitung). Untuk Jalur Beihui sudah rampung dan dibuka pada tahun 1980, sedangkan jalur balik selatan yaitu Jalur Nanhui menjadi jalur yang paling terakhir, baru selesai dibangun dan dibuka pada tahun 1991. Sedangkan untuk elektrifikasi seluruh Jalur Beihui selesai pada tahun 2003, dan pembangunan elektrikfikasi jalur Nanhui baru rampung pada tahun 2020, yang berarti perkeretaapian Taiwan memasuki lembaran baru.

Sebenarnya, sejak awal masa Kolonial Jepang, perencanaan jalur kereta api memotong dari Pingtung hingga ke Taitung sudah sempat dibahas, tetapi tingkat kesulitan dan banyaknya perubahan geologi tanah setempat, menimbulkan tantangan yang besar. Hsiao Chu-chen mengatakan, “80% dari bagian jalan ini adalah terowongan dan jembatan tinggi, jadi dapat dibayangkan bagaimana sulitnya pembangunan konstruksi ini.” Yang patut diperhatikan adalah, “Pada saat pembangunan jalur Beihui kami sempat meminta bantuan dari konsultan Jepang, tetapi untuk pembangunan jalur Nanhui seluruhnya dikerjakan oleh insinyur Taiwan sendiri”. Ada 36 terowongan di sepanjang jalan ini, waktu pembangunannya mencapai 11 tahun, semua jerih payah para insinyur dan keberhasilan proyek jalur Nanhui sangat layak dimasukan dalam catatan sejarah teknik Taiwan.

 

Jalur yang Terindah

Selain pembangunan yang sulit, pemandangan jalur Nanhui sangat luar biasa. Kereta yang berangkat dari Fangliao, yang merupakan tempat penting bagi pembudidayaan perikanan di pesisir barat Taiwan, di sepanjang jalan terlihat tambak-tambak budidaya ikan yang menjadi ciri khas setempat sepanjang tahun. Fangliao juga adalah penghasil mangga Irwin (愛文芒果), sepanjang jalan hingga ke Fangshan akan terlihat bunga-bunga mangga di pohon pada saat bulan Maret dan April. Musim panen mangga berkisar bulan Mei dan Juni, pada saat ini akan terlihat mangga-mangga yang ranum bergelantungan di pohon memenuhi dataran dan pegunungan, demikian Hsiao Chu-chen mendeskripsikan kenangan yang tersimpan dibenaknya, setelah beberapa tahun mengabadikan pemandangan jalur Nanhui. Berjalan lebih jauh ke selatan dan tiba di Stasiun Fangshan, tempat yang dikelilingi oleh pegunungan dan laut, merupakan perhentian paling selatan dari jalur kereta api TRA, sebuah tempat yang juga dikenal dengan pemandangan matahari terbenam.

Begitu kereta api memasuki Stasiun Fangshan, maka tibalah waktunya untuk berpisah dengan Selat Taiwan dan berbelok ke arah timur, memasuki pengunungan sentral, tempat yang minim akan jejak manusia. Sepanjang perjalanan jarang terlihat pemukiman penduduk, yang ada hanyalah lembah sungai dan pepohonan hijau serta tempat-tempat penanaman semangka di tepi sungai di saat musim gugur dan musim dingin. Ku Ting-wei, sang pencinta berat kereta api yang juga adalah Kurator Museum Kereta Api Takao, mengabadikan gambar foto kereta api yang keluar dari terowongan dengan ruang 3 dimensi di kelilingi dengan pegunungan atau melintasi sungai, ini merupakan pemandangan lain dari Taiwan yang jarang ditemukan di tempat lainnya.

Setelah melewati terowongan sentral, yang merupakan terowongan terpanjang dari jalur Nanhui, menerobos kawasan pegunungan dari Stasiun Guzhuang, karena kereta akan segera melintasi Stasiun Duoliang yang oleh Liu Ka-shiang disebut sebagai “Stasiun indah sepersepuluh detik”, kereta api tidak lagi berhenti di stasiun ini, tetapi karena stasiun ini terletak di lereng bukit dan didesain sebagai stasiun layang, sehingga terlihat pemandangan lautan luas dan birunya Samudera Pasifik, panorama yang indah telah terukir dalam benak kita. Setelah melewati Stasiun Kangle, pemandangan dari jendela kereta berubah menjadi kuning keemasan persawahan dan buah nona yang bergelatungan di pohon, pemandangan yang mengisi perjalanan hingga mencapai stasiun terakhir yaitu Taitung.

Pegunungan tinggi nan megah, lautan biru nan luas, kealamian dan sarat dengan sejarah budaya, hampir semua pemandangan menakjubkan Taiwan dihidangkan di jalur Nanhui, membuat orang enggan untuk beranjak pulang.
 

Seri kereta api biru tidak menggunakan AC, hanya bergantung pada kipas angin listrik tua yang tertempel di langit-langit gerbong untuk sirkulasi udara.

Seri kereta api biru tidak menggunakan AC, hanya bergantung pada kipas angin listrik tua yang tertempel di langit-langit gerbong untuk sirkulasi udara.
 

Kereta Api Biru ── Solusi Terbaik

Kereta api biasa berwarna biru merupakan keunggulan lainnya dari jalur Nanhui. Setelah elektrifikasi jalur Nanhui selesai, TRA mengurangi tingkat penggunaan lokomotif diesel listrik dan diesel, selain itu juga mengumumkan bahwa kereta api biru akan dipensiunkan, hal ini membuat turis domestik berbondong-bondong “Mengejar kereta api” sebelum menjadi sejarah. Angka “3671” dan “3672” yang sebenarnya menjadi angka sandi bagi pencinta kereta api, menjadi terkenal di tahun 2020. Jadwal kereta api dengan nomor “3671” berangkat dari Fangliao pada pukul 11:28 pagi dan “3672” berangkat dari Taitung pukul 4:15 sore setiap harinya menjadi padat dengan penumpang.

Seri kereta api biru yang setidaknya memiliki sejarah 50 tahun ini, tidak memiliki alat pendingin (AC), hanya mengandalkan kipas angin listrik tua yang tergantung di langit-langit gerbong kereta untuk sirkulasi udara. Penutup jendela kereta yang terbuat dari kaca yang tebal dan berat, harus didorong jika ingin membukanya, apabila tidak hati-hati mungkin dapat menjepit tangan kita. Aroma toilet dengan kekhasan cairan pembersih kuno tercium samar-samar. Kereta ini mengandalkan solar sebagai bahan bakar penggerak sehingga asap yang dikeluarkan akan beterbangan masuk ke dalam gerbong kereta, aroma asap diesel menyelimuti tubuh sepanjang hari. Suara gemuruh lokomotif saat kereta berjalan juga mengisi telinga kita. Ku Ting-wei dengan jujur mengungkapkan, “Kereta api biru dipensiunkan karena sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan zaman sekarang ini.”

Liu Ka-hsiang, sejak tahun 2011 mempromosikan “Wisata Santai” agar dapat mempertahankan keberadaan dari kereta api biru ini, ia sudah berkali-kali menulis artikel terkait, berharap TRA dapat mempertahankan kereta api biru dengan pemandangannya, karena bukan hanya melestarikan era kereta api biru, “Saya merasa kita membutuhkan sebuah kereta api yang dapat membawa kita berwisata secara perlahan.”

Beberapa hari terakhir sebelum kereta biru ditiadakan, banyak orang tua yang membawa anaknya untuk merasakan pengalaman dengan kereta api yang mereka tumpangi pada masa sekolah, pada era di mana kendaraan pribadi belum berkembang, kereta api merupakan sarana transportasi publik yang penting, setiap kali seorang pengembara pergi dan pulang ke rumah, selalu mengandalkan kereta api, keterkaitan kereta api dengan kehidupan masyarakat pada umumnya sangatlah erat.

 

Kereta Api Pergi Pulang ── Kenangan Tak Terlupakan

“Hampir semua warga Taiwan yang berusia sekitar 40 tahun lebih, yang pernah meninggalkan rumah, baik itu untuk sekolah, wajib militer maupun untuk bekerja, pasti memiliki kenangan dengan kereta api.” Hsiao Chu-chen membeberkan pengamatannya.

Selain sebagai sutradara film dokumenter, Hsiao Chu-chen juga menjadi dosen yang mengajarkan perfilman Taiwan di National Tsing Hua University. “Saya merasa kereta api merupakan bagian dari kenangan kehidupan masyarakat umumnya pada tahun-tahun awal, dan memiliki peran yang sangat penting.” Tutur Hsiao Chu-chen.

Pada saat pembuatan film, Hsiao Chu-chen sempat tersentuh dengan kata-kata yang diucapkan insinyur sipil terowongan, “Kami menghabiskan sedikitnya 8 tahun untuk menggali Terowongan Sentral yang panjangnya hanya 8 km lebih. Sekarang kita sudah dapat melewatinya hanya dalam beberapa menit saja, kalian tidak akan mengetahui kisah cerita kami pada masa itu.” Oleh karena itu kita perlu merekam, perlu menggali keluar lebih banyak kisah cerita, lalu menyalurkan cerita-cerita ini. “Dengan cerita yang ada maka bisa dihubungkan, sama seperti saya yang telah memiliki hubungan perasaan dengan jalur Nanhui”, ungkap Hsiao Chu-chen dengan penuh perasaan.

Sebelumnya sempat ada siswa yang setelah mendengarkan kisah yang ia ceritakan kemudian mengatakan, ”Guru, lain kali saya tidak akan tidur lagi saat melewati terowongan jalur Nanhui, saya akan memperhatikannya dengan seksama.” Hsiao Chu-chen sambil berkelakar mengatakan, “Saya juga tidak tahu apa yang dilihatnya dalam terowongan yang gelap gulita.” Namun setelah memahami kisah di tanah setempat akan menjalin hubungan antara orang dan pemandangan setempat, meskipun hanya sebuah langkah kecil, tetapi mendekatkan jarak antara manusia dengan tanah bumi.

 

Panorama Perjalanan Santai

Ku Ting-wei menyampaikan, “Setelah dibukanya jalan tol bagian barat Taiwan, maka kereta api semakin kehilangan keunggulan dalam perjalanan jarak jauh. Pada waktu itu hanya jalur Beihui dan jalur Nanhui yang bersaing di bagian pesisir timur, sekarang jalan raya SuHua dan jalan raya Nanhui telah dibuka, sebenarnya ini merupakan sebuah era yang baru.” Ku Ting-wei juga mengungkapkan, “Hanya sedikit komuter di kawasan Hualien dan Taitung, pendapatan dari pariwisata pasti menjadi sumber pemasukan bagi jalur Nanhui di masa mendatang.”

Menjadikan ini semua sebagai prasyarat bahwa mungkin jalur Nanhui adalah peluang untuk memutarbalikkan pemahaman dan praktik masyarakat Taiwan terhadap perjalanan wisata kereta api. Sebutan “Wisata santai” dari Liu Ka-shiang, “Bukan menekankan pada santai atau lambat, melainkan melalui kecepatan yang melambat untuk melihat pemandangan dan perasaan yang berbeda dari Taiwan. Keunikan-keunikan panorama ini tidak bisa Anda dapatkan jika tidak memperlambat langkah Anda. “Lambat” bukan berarti benar-benar “lambat”, melainkan melalui praktik “lambat” atau “santai” untuk dapat melihat dan lanskap yang berbeda.”

Liu Ka-shiang yang sudah akrab dengan jalur Nanhui sejak dari muda, ia menggunakan metode pendekatan museologi untuk bepergian, ketika mengunjungi Stasiun Dawu, Liu Ka-shiang menyebutkan bahwa ini adalah kampung halaman dari macan dahan Formosa (Neofelis nebulosa brachyura). Ia mengungkapkan, sepanjang jalur dari Fangshan hingga ke Taitung semua adalah penduduk asli suku Paiwan, dapat dikatakan wisata ke luar negeri di dalam pulau Taiwan. Kisah-kisah menarik yang dituturkan Liu Ka-shiang ini sebenarnya adalah panorama dari wisata santai.

Jalur kereta api tidak hanya merupakan jalur transportasi, seiiring dengan elektrikfikasi jalur Nanhui, memperpendek waktu perjalanan, sambungan dari satu tempat ke tempat lainnya akan semakin efisien, tetapi selain tingkat kecepatan, kereta api Taiwan merupakan “Jalur yang memungkinkan Anda melihat hal berbeda dari Taiwan.” ungkap Liu Ka-hsiang dengan suara kecil.

 

MORE

Keindahan Panorama Nanhui Perjalanan Wisata Santai Kereta Api