Kembali ke konten utama
Prestasi “Perak” Olimpiade Tim Panahan Putra Taiwan
2022-03-21

Tim panahan putra Taiwan tampil solid di Olimpiade Tokyo, mencatat serangkaian kemenangan pada babak 16 besar dan membawa pulang medali perak. (Foto: Direktorat Jenderal Olahraga, Kementerian Pendidikan)

Tim panahan putra Taiwan tampil solid di Olimpiade Tokyo, mencatat serangkaian kemenangan pada babak 16 besar dan membawa pulang medali perak. (Foto: Direktorat Jenderal Olahraga, Kementerian Pendidikan)
 

“Bagus sekali!” Di arena panahan Olimpiade Tokyo, anggota tim panahan beregu putra Taiwan Wei Chun-heng, Deng Yu-cheng dan Tang Chih-chun saling menatap, mengadu kepalan tangan dan meneriakkan semangat. Mengandalkan momentum dan keterikatan yang erat, mereka bangkit dari ketertinggalan dua set di babak 16 besar, mencetak lima kali 10 poin di set keempat untuk menyamakan kedudukan, lalu menang dengan mencetak 28 poin dari tiga tembakan di babak shoot-off, dan kemudian mempertahankan kestabilan ini hingga mencapai babak final.

 

Sejak tahun 2004, tim panahan nasional Taiwan memenuhi persyaratan untuk berkompetisi di setiap Olimpiade, dan telah memenangkan medali tiga kali. Menurut kepala tim pelatih Lin Cheng-hsien, faktor di balik kesuksesan luar biasa Taiwan dalam panahan selain tuntutan para atlet pada diri sendiri, kekompakan kerja tim dan energi positif, yang lebih penting lagi adalah upaya terus-menerus saling mendorong antara tim putra dan putri. Pada Olimpiade Tokyo kali ini, tim putri yang bertanding lebih awal mengalami kekalahan tapi tidak patah semangat, dan segera menyampaikan kondisi lapangan serta pertandingan kepada tim putra. Tindakan ini sangat membantu tim putra melepaskan setiap anak panah dengan lebih meyakinkan dalam pertandingan mereka.

 

Panahan Dimulai dari Lubuk Hati

Arena panahan Olimpiade Tokyo terletak di Taman Yumenoshima yang berdekatan dengan laut, jadi arah anginnya cukup bervariasi. Tim Taiwan sudah hampir dua tahun tidak bertanding secara internasional akibat pandemi COVID-19, maka pertandingan dipastikan akan berlangsung sengit.

Mengenang kembali pertandingan pertama, Wei Chun-heng berkata dengan santai, “Kami harus beradaptasi setiap saat dan melakukan yang terbaik.” Pada awalnya ia belum begitu tepat dalam membaca arah angin dan hanya mencetak 7 poin, namun dengan berpegang teguh pada gerak fundamental, prestasinya semakin stabil. Tang Chih-chun yang perfomanya juga perlahan-lahan membaik berpendapat, “Saya tidak terus memikirkan apa yang harus saya ubah setelah tembakan sebelumnya. Setiap panah yang saya bidik adalah tembakan pertama.” Sementara itu, Deng Yu-cheng yang ekspresinya selalu tenang dan mantap, adalah atlet pertama dari tim nasional yang berhasil mencetak 9 poin dan meningkatkan semangat tim. Ia menceritakan, “Saya ingat pada saat itu hembusan angin sepertinya berasal dari kiri? Yang paling penting adalah memastikan gerakan sepenuhnya tepat sasaran.”

Pelatihan untuk Olimpiade Tokyo menekankan kepercayaan diri dan kondisi mental para atlet, karena kompetisi panahan kelas top, yang dipertandingkan bukan hanya teknik keterampilan saja, tetapi kemampuan mengontrol lubuk hati untuk tetap tenang dan fokus. Tim pelatih kerap memberikan kata-kata penyemangat sambil menunjukkan bagian yang perlu diperbaiki oleh atlet, misalnya “akan lebih mulus kalau lengan belakang bisa ditarik lebih banyak lagi,” mereka tidak mengkritik secara langsung kelemahan atlet. “Dengan cara ini kami menanamkan kesan di benak mereka, sehingga kekurangan akan dapat terlihat di momen penting”. Jika menemukan ada masalah dengan kondisi mental atlet selama latihan, Lin Cheng-hsien akan meminta psikolog olahraga dalam tim untuk mencatatnya sehingga dapat menghindari tekanan pada atlet dengan menanyakannya secara langsung.

Psikolog tim panahan putra Chen Jo-yun selalu berada di samping untuk mengamati para atlet berlatih. Ia dapat melihat kondisi psikologis mereka dengan mengamati ekspresi wajah dan perubahan gerakan mereka. Ketika pemanah selesai menembakkan satu set panah, Chen Jo-yun akan berjalan bersama mereka ke target sejauh 70 meter untuk mengambil panah. Selama proses ini, ia memberi dorongan dan semakin memahami mereka. “Saya juga meminta mereka untuk mengamati rekan sesama tim, karena manusia lebih mudah melihat kelemahan sendiri, tapi masukan dari orang lain dapat membuat kita menemukan penampilan baik kita sendiri,” katanya. Selain itu mengamati rekan, Chen Jo-yun dan para atlet juga menetapkan target bersama dan mendiskusikan hasil pertandingan yang bermanfaat agar mereka menemukan kepercayaan diri melalui penyelesaian permasalahan.

 

Berlatih Keras dan Percaya Diri

Ditanya tentang rahasia di balik bangkitnya Taiwan dalam panahan dunia, Lin Cheng-hsien mengatakan bahwa selain pelatihan yang solid sejak usia muda, “Kami (tim nasional) tidak menaati prosedur yang kaku dalam pelatihan.” Generasi atlet ini banyak menuntut diri sendiri, selalu bertujuan memenangkan medali di setiap kompetisi internasional, sangat proaktif dalam latihan fisik sebelum pertandingan, bahkan berkumpul di malam hari untuk berlatih memanah bersama. Tim pelatih kadang malah harus mengingatkan para atlet untuk istirahat secukupnya, dan saat menemukan ada yang sudah lelah akan mengusulkan agar semua orang pergi bersama untuk makan es atau menonton film sebelum kembali berlatih.

Menghadapi pelatihan, tiga anggota tim panahan mempunyai pendapat masing-masing yang unik. Wei Chun-heng mengatakan, “Saya kadang akan menuju arena panahan sendirian untuk berlatih pada malam hari, dan menantang diri sendiri untuk menembak tanpa cahaya lampu”, karena ia percaya bahwa “seorang pemanah harus dapat melihat target dalam hatinya, kalau meragukan diri sendiri pasti tidak akan mengenai sasaran.” Deng Yu-cheng mengutarakan, “Setiap hari dalam pelatihan kami akan berusaha menemukan sudut dan gaya yang ideal. Saat mengambil busur dan menembakkan panah pertama, kita akan segera tahu gerakan pemanasan apa yang harus dilakukan lebih teliti lagi, dan fokus harus diletakkan di mana.” Sementara itu, Tang Chih-chun lebih lebih menegaskan simulasi, “Saya membayangkan hasil panahan lawan yang mungkin mendapatkan 10, 10 dan 9 poin. Ketika giliran saya untuk menembak, saya pun berusaha untuk menyempurnakan gerakan saya.”

Selain tim pelatih, dokter tim panahan Aurea Kuo juga memberikan ruang sangat besar bagi para atlet untuk membuat keputusan sendiri. Saat menuju Pusat Pelatihan Olahraga Nasional untuk memberikan terapi akupunktur demi membantu relaksasi otot para atlet panahan, Kuo menemukan kebutuhan setiap orang berbeda-beda, “Otot Deng Yu-cheng sudah terbiasa lebih kencang, ia merasa begini lebih mudah baginya untuk mengerahkan kekuatan, maka bertahun-tahun ini hanya pernah menerima terapi akupunktur sekitar lima kali. Kalau Tang Chih-chun lebih berfokus pada bagian tertentu, misalnya ia akan bertanya apakah akupunktur hanya untuk sedikit merelaksasi otot deltoideus. Sedangkan Wei Chun-heng tetap akan dengan sikap bertanggung jawab melaporkan kondisinya di hari tanpa terapi.” Menurut Aurea Kuo, panahan adalah olahraga yang mengutamakan keseimbangan otot seluruh badan dan yang paling jelas dengan kondisi ini adalah para atlet sendiri, maka ia tidak akan memaksa mereka untuk menerima terapi, sebaliknya akan menghormati keputusan mereka terhadap tubuh mereka sendiri.

 

Menikmati Ketegangan Pertandingan

Panahan berbeda dari kebanyakan olahraga. Saat berdiri di belakang garis tembak, seorang atlet harus bersaing sendirian dan dengan tenang menangani semua pikiran serta emosi dalam hati. Dalam pertandingan besar seperti Olimpiade, kunci meraih kemenangan adalah tetap fokus dan mengendalikan detak jantung.

Dengan menggunakan konsep “tingkat kegairahan” dalam psikologi olahraga, Wei Chun-heng menerangkan bahwa setiap olahraga membutuhkan intensitas kegairahan yang berbeda. Untuk panahan, tingkatnya harus moderat, maka saat menghadapi stres, Wei Chun-heng “tidak menolaknya, sebaliknya harus memikirkan bagaimana menyerap, mentransformasi dan menjadikannya bagian dari diri sendiri yang bisa digunakan. Kita harus mengubah kecemasan menjadi kegairahan!”

Adapun Tang Chih-chun yang di masa lalu selalu kehilangan konsentrasi saat menjadi tegang, sekarang mengerti bahwa ia tidak boleh terburu-buru. “Di tahap akhir pertandingan setiap orang memiliki skor yang kira-kira sama, maka kalau bisa tetap fokus, kita akan memiliki lebih banyak energi positif dan kepercayaan diri,” tutur Tang Chih-chun. Sementara itu, Deng Yu-cheng yang biasanya hampir tanpa ekspresi selama pertandingan, terlihat seperti tidak terpengaruh oleh emosi, tapi saat ditanya oleh Dokter Aurea Kuo usai pertandingan di Olimpiade Tokyo, ia baru mengaku, “Saya gugup setengah mati, tapi saya masih bisa menghadapinya.” Hal ini membuat Aurea Kuo sadar bahwa Deng Yu-cheng selalu bekerja keras untuk mempertahankan tingkat kegairahan yang sepantasnya.

Selain mengajari para atlet untuk menjaga sikap yang benar, psikolog tim juga menginstruksikan mereka bagaimana menggunakan pernapasan untuk menyesuaikan ritme, dan menggunakan dialog batin untuk memberi semangat pada diri sendiri. Inilah mengapa mengapa Wei Chun-heng sering mendengar Tang Chih-chun berkata pada dirinya sendiri, “Saya adalah juara Olimpiade, Tang Chih-chun!”

 

Saling Menjaga Satu Sama Lain

Eratnya persahabatan antar anggota tim panahan putra membantu meningkatkan moral selama pertandingan. Pelatih tim Liu Chan-ming mengatakan bahwa ini bukan pertama kalinya mereka berada di tim yang sama, jadi sudah cukup kompak. Sebelum Olimpiade, mereka telah menyimulasikan berbagai skenario pertandingan dan berlatih menembak dalam urutan yang berbeda. “Saat angin lebih kencang, Wei Chun-heng maju duluan. Busurnya lebih berat, jadi ia tidak terlalu terpengaruh oleh angin. Setelah itu ia bisa menyampaikan informasi dari tembakannya kepada rekan lain. Deng Yu-cheng tenang dan stabil, jadi ia berada di urutan kedua. Tang Chih-chun memiliki ritme yang lebih cepat, jadi ia bisa ditempatkan di posisi pertama atau ketiga”, jelas Liu.

Kekompakan tim panahan diketahui semua orang di Pusat Pelatihan Olahraga Nasional. Liu Chan-ming berkata sambil tersenyum, “Baik tim putra maupun putri, kami suka pergi makan atau menonton film bersama di hari libur”.

Menurut Aurea Kuo, “Adanya persaingan dalam olahraga adalah hal normal, tapi yang saya lihat di tim panahan putra adalah sikap saling menjaga”. Ia masih ingat pada saat melakukan akupunktur pada Wei Chun-heng sebelum pertandingan Olimpiade Tokyo, Tang Chih-chun berdiri di satu sisi dan dengan hati-hati mengamati prosesnya. Aurea Kuo berkata sambil tertawa, “Ketika saya bergerak maju, ia mengikuti saya ke depan; dan ketika saya bergerak ke belakang, dia juga ke belakang”. Ternyata Tang Chih-chun ingin menghafal lokasi titik akupunktur, sehingga bisa memijat rekan satu timnya di tengah pertandingan untuk membantu mengendurkan otot. Ia sama sekali tidak peduli bahwa dalam pertandingan individu, rekannya adalah lawan tandingnya.

Setelah Olimpiade Tokyo, ketiga pemanah mengambil sedikit waktu istirahat, kemudian melakukan persiapan lagi untuk ke pertarungan selanjutnya. Wei Chun-heng berkompetisi di Kejuaraan Panahan Dunia 2021, di mana ia memenangkan perunggu di pertandingan beregu putra. Sedangkan Deng Yu-cheng dan Tang Chih-chun masing-masing meraih medali emas dan perak pada nomor beregu putra di Pesta Olahraga Nasional. Selanjutnya mereka akan mengikuti pertandingan seleksi untuk mewakili Taiwan di Asian Games 2022. Spot yang tersedia terbatas, namun mereka selalu menjaga sikap “menembak dengan gembira dan menikmati pertandingan”. Tak peduli siapa yang terpilih, mereka selalu saling menyemangati. Setiap ajang pertandingan merupakan permulaan yang baru, dan dalam memanah, musuh terakhir adalah diri sendiri.

 

MORE

Prestasi “Perak” Olimpiade Tim Panahan Putra Taiwan