Juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan (MOFA), Joanne Ou, menjelaskan rapat WHO mengenai virus korona Wuhan ini adalah rapat tertutup dan tidak akan disiarkan secara langsung. Akan tetapi, karena wabah wirus korona Wuhan telah menyebar ke berbagai negara dan membutuhkan penanganan bersifat mendesak, tidak sedikit pakar kesehatan internasional yang akan berpartisipasi dalam pertemuan tersebut secara online.
Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) pada tanggal 20 Februari 2020 pukul 20.00 waktu setempat mengumumkan bahwa selama satu minggu terakhir jumlah produksi masker nasional telah meningkat cukup signifikan. Rata-rata jumlah produksi harian masker di Taiwan saat ini telah meningkat dari 3,2 juta menjadi dari 4,2 juta masker.
Menanggapi situasi penyebaran virus korona Wuhan di Tiongkok yang semakin mengkhawatirkan, Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) mengumumkan bahwa dari tanggal 10 Februari 2020 mulai pukul 00.00, semua penumpang penerbangan yang pernah melakukan transit di Tiongkok, Hong Kong dan Macau sebelum memasuki Taiwan, wajib menjalani karantina rumah (home quarantine) selama 14 hari.
WHO akan mengadakan pertemuan untuk membahas virus korona Wuhan di Jenewa pada tanggal 11-12 Februari 2020, dan sedang mengkaji agar Taiwan dapat berpartisipasi secara online dalam beberapa pertemuan WHO. Taiwan telah menyatakan kesediaan untuk mengirimkan tim ahli untuk hadir, dan saat ini masih melakukan komunikasi dengan WHO.
Kapal pesiar adalah sarana angkutan yang dinilai memiliki risiko tinggi sebagai lokasi penularan virus korona Wuhan, karena turis datang dari berbagai negara, dengan tingkat kepadatan yang cukup tinggi, dan ruang gerak yang sangat terbatas. Setelah mempertimbangkan hal-hal tersebut, Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) memutuskan bahwa mulai tanggal 6 Februari 2020, semua kapal pesiar internasional dilarang untuk berlabuh di wilayah Taiwan.
Tanggapan yang disampaikan oleh berbagai negara dalam rapat Dewan Eksekutif WHO kali ini menunjukkan kebohongan secara berulang yang disampaikan Tiongkok dan WHO bahwa mereka telah melakukan pertukaran informasi dan bekerja sama dengan Taiwan, adalah hal yang sama sekali tidak dapat diterima. WHO tidak seharusnya tunduk pada manipulasi politik satu negara tertentu, dan merugikan hak kesehatan dan kesejahteraan manusia di seluruh dunia.
Mempertimbangkan tingkat penyebaran virus korona di Tiongkok, serta padatnya lalu lintas antar masyarakat kedua belah pihak, Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) memutuskan bahwa mulai tanggal 7 Februari 2020, warga negara Tiongkok yang berdomisili di Tiongkok tidak diperbolehkan memasuki Taiwan.
Merebaknya penularan virus korona Wuhan di Tiongkok telah membuat pemerintah setempat mengambil langkah menutup lalu lintas di tingkat perkotaan, yang dikhawatirkan dapat memberi dampak terhadap perekonomian. Menindaklanjuti hal tersebut, MOEA akan mengembangkan mekanisme penjaminan usaha dengan mengacu kepada metode penjaminan saat wabah SARS merebak di Taiwan, di antaranya dengan memperpanjang batas waktu pinjaman.
Demi mencegah penyebaran wabah pneumonia Wuhan, serta menjamin keamanan dan kesehatan masyarakat, Taiwan telah mengeluarkan beberapa ketentuan untuk warga negara asing yang pernah memasuki wilayah Tiongkok sebelum tiba di Taiwan.
Pada pertengahan bulan Januari yang lalu, Kapal pesiar “World Dream” pernah membawa tiga orang wisatawan yang terinfeksi virus korona Wuhan, dan kembali ke Tiongkok, selanjutnya kapal pesiar tersebut kembali membawa wisatawan untuk berlabuh di Pelabuhan Kaohsiung. Menindaklanjuti kejadian tersebut, Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) telah mengadakan rapat dengan tim ahli untuk membahas langkah pemeriksaan terhadap kapal pesiar yang berlabuh di wilayah Taiwan.
